SAMPIT- Masyarakat Kelurahan Baamang Hulu, khususnya sekitar kawasan Bandara H Asan Sampit sempat dibuat kaget dan berhamburan keluar rumah, pagi Jumat (23/12) kemarin. Betapa tidak, asap tebal tiba-tiba muncul dari landasan pacu bandara yang berasal dari sebuah pesawat yang mengalami kecelakaan fatal dan terbakar.
Diketahui, pesawat naas tersebut berjenis jet PK-KRD milik perusahaan Kerandang Air. Korban kecelakaan pesawat tersebut diketahui dua penumpang tewas, enam lainnya mengalami luka parah. Belum diketahui pasti penyebab kecelakaan naas tersebut.
Menurut Kepala Seksi (Kasi) Teknik, Operasi, dan Pelayanan Darurat, pesawat bertolak dari Bandara Juanda Surabaya pukul 08.10. diperkirakan tiba di Bandara H Asan Sampit pukul 09.00 WIB.
Pukul 08.47 pilot melapor pendaratan mengalami masalah yaitu roda tidak keluar. Dia meminta pendaratan darurat, semua tim penyelamatan sudah diinfomasikan dan siap menangani keadaan emergency tersebut.
“Namun, ketika mendarat badan pesawat bergesekan dengan aspal runway hingga menimbulkan api yang terus membesar,” terang Charles B Malaikosa.
Tim penyelamat bergerak mulai dari pengamanan tempat kejadian perkara, menanggulangi ancaman bahaya seperti kebakaran dan ledakan pesawat, mengevakuasi korban, menstrerilkan TKP, dan menyerahkan lidik kepada instansi terkait.
Namun, situasi ini hanyalah simulasi. Latihan khusus alias latihan parsial AEP (Airport Emergency Plan) yang digelar rutin setiap tahunnya untuk meningkatkan kesigapan menangani keadaan darurat.
Melalui simulasi, jelas Charles, tim penyelamat bisa tahu cara menanggulangi kecelakaan pesawat serta ancaman bahaya lainnya di dalam landasan maupun di luar bandara.
”Semua instansi yang ada di dalam bandara dan di luar bandara dilibatkan untuk meningkatkan koordinasi dan menanggulangi keadaan darurat,” ujar Charles usai menggelar pelatihan.
Pelatihan dilakukan selama dua hari dibimbing langsung oleh Direktorat Keamanan Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara. Diikuti oleh anggota Komite Airport Emergency Plan serta instansi terkait yang turut siaga dalam keadaan darurat.
Dijelaskan Charles, suasana simulasi ini sebagai gambaran bagi tim penyelamat. Diakui, banyak faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat, mulai dari cuaca hingga human eror.
“Tidak hanya di dalam bandara, di luar bandara dengan radius delapan kilometer tetap kewenangan kami untuk melakukan tindakan. Selebihnya, kewenangan instansi terkait,” pungkas Charles di ruang operasional Bandara H Asan Sampit.
Dia menambahkan, memiliki Komite Airport Emergency Plan adalah amanah Undang-Undang Penerbangan. Mereka diwajibkan mempersiapkan personel dan peralatan untuk penanggulangan keadaan darurat. Sebab, kesiapan anggota sangat penting karena keadaan darurat bisa datang secara tiba-tiba.
Charles menambahkan, sejauh ini keamanan dan keselamatan di Bandara H Asan selalu terjamin sesuai SOP (Standar Operasional Prosedure). (ara/gus)