PANGKALAN BANTENG- Peristiwa runtuhnya gedung tempat mesin pengering jagung di Desa Karang Muly, Kecamatan Pangkalan Banteng l menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat. Berbagai dugaan pun muncu, terutama perihal buruknya konstruksi bangunan yang kala itu dibangun seolah-olah mengejar target kerja.
Informasi yang dikumpulkan Radar Pangkalan Bun terungkap, dugaan konstruksi bangunan yang tak layak memang cukup masuk akal. Pasalnya sesaat setelah diserahterimakan kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setahun silam, sudah mulai terdengar desas-desus tak sedap perihal bangunan tersebut. Saat itu, ketika media ini melihat hasil pekerjaan juga terlihat bahwa dinding tembok gedung bagian dalam tidak di plester seperti dinding bagian luar. Selain itu batang cor beton tampak terlihat bekas ditambal yang menandakan kurang sempurnanya pengerjaan pengecoran.
Bahkan saat awal pendirian setahun lalu, pernah tersiar kabar bahwa masyarakat sempat protes karena pondasi bangunan tersebut bukan dengan batu belah namun hanya dengan batako dan cor beton saja.
”Dulu sempat ada yang protes mas ketika ada yang tahu kalau pondasi bangunan itu tidak terbuat dari batu belah. Namun entah mengapa pengerjaan tetap dilanjutkan,” ungkap salah seorang warga Pangkalan Banteng yang enggan namanya dikorankan.
Yono, selaku Ketua Gapoktan Tani Makmur itu mengungkapkan, kondisi bangunan sebelum luluh lantak terbilang cukup memprihatinkan.”Pemasangan batako dinding tembok juga tidak lurus, terlihat berkelok-kelok. Padahal konstruksi bangunan cukup tinggi,”ujarnya, Sabtu (24/12) siang.
Meski demikian, Yono tak ingin menyalahkan pihak manapun terkait robohnya bangunan tersebut. Sebab masyarakat terutama anggota kelompok tani sudah jauh-jauh hari mengetahui kondisi bangunan tersebut.
”Petani banyak yang merasa khawatir dengan kondisi bangunan gedung itu meski baru saja dibangun. Tapi kita tidak bisa berbuat banyak, karena kita merasa tidak enak lantaran sudah dberi bantuan tapi malah protes, nanti dianggap tidak berterimakasih,”bebernya.
Kini pihaknya hanya bisa berharap agar Pemerintah Provinsi Kalteng segera mencarikan solusi agar ada bangunan pengganti mengingat pentingnya peralatan pengering jagung itu.
”Kita sudah buat laporan ke provinsi, semoga segera direspon dengan dibuatkan bangunan baru,” katanya. Dan lanjutnya, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, untuk sementara waktu pihaknya melepas sejumlah peralatan penting di mesin pengering jagung tersebut.
”Tadi kita lepas alat-alatnya yang mudah dilepas seperti dynamo, mesin diesel serta control unit dari mesin pengering itu. Lokasi bangunan kan di tengah kebun jagung, jadi rawan hilang dicuri,”tambah Yono.
Sementara itu Kepala Bidang Pengembangan Produksi Pertanian Distanak Kobar, Iskandar mengatakan pihaknya juga sangat menyesalkan fasilitas pendukung untuk program jagung itu rusak parah. Namun pihaknya juga mengaku bahwa Distanak Kobar tidak bisa berbuat banyak selain melanjutkan pelaporan ke Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalteng.
”Kita ini sebenarnya yang tidak enak dengan masyarakat terutama Gapoktan. Kami ini sebagai tempat pelaksanaan program nasional jagung itu,” katanya.
Pihaknya juga menjelaskan bahwa pihaknya bukan berarti ingin lepas tangan. Namun secara umum Distanak Kobar tidak memiliki kewenangan terkait proyek pembangunan fasilitas pengering jagung itu.
”Kita tidak bermaksud berlepas diri, tapi memang pengerjaannya dibawah control provinsi. Untuk langkah selanjutnya, kita telah berkoordinasi dengan Gapoktan untuk membuat laporan tertulis. Ditulis saja seperti kondisi dilapangan seperti apa adanya itu,” pungkasnya. (sla/gus)