SAMPIT –Fenomena”om telolet om”kinimenjalar di Kota Sampit. Bentuknya bukan warga minta sopir bus membunyikan klakson telolet, tapi berupa terompet berbunyi telolet.
Seorang penjual terompet Kacung (56) mengatakan, demam telolet bertepatan dengan momentum tahun baru. Karena itu dirinya memproduksi terompet yang bisa menghasilkan suara telolet. ”Bisa, tergantung cara meniupnya dengan menyerupai suara telolet,” ucapnya, Senin (26/12).
Menurut Kacung, penjualan terompet masih sepi meski tahun baru tinggal enam hari lagi. ”Saya berjualan sejak tanggal 23 Desember lalu, baru beberapa buah yang laku. Terkadang, dalam satu hari bisa laku lima sampai enam buah saja,” ujar pria yang berjualan terompet sejak 2006 itu.
Terompet dibuat bersama menantu di rumahnya, Gang Bersemi, Kecamatan Baamang. Harganya memang lebih mahal dari tahun sebeumnya, karena biaya produksi juga semakin besar.
”Bahan kertasnya naik, biasa kami jual satu terompet besar seharga 15 ribu kini jadi 20 ribu. Kalau yang kecil kami jual 10 ribu per buah, itu juga kalau beli lebih dari satu misalnya beli dua saya jual 15 ribu,” ungkap Kacung di Jalan Yos Sudarso Sampit.
Pedagang terompet yang dulu ramai terlihat kini hanya hitungan jari, lantaran peminat terompet semakin sedikit. Namun Kacung masih tetap bertahan.
”Ada beberapa teman penjual terompet juga, di tempat yang terpisah. Memang tidak sebanyak seperti dulu. Saya juga masih belum tahu pasti apa alasannya. Tetapi, masih ada yang mau membelinya, walaupun tidak banyak,” tutupnya. (mir/yit)