SAMPIT – Pengguna jejaring sosial WhatsApp belakangan ini diresahkan dengan aksi peretasan yang kian marak. Pelaku membajak akun WhatsApp korban dan meminta sejumlah uang pada hampir seluruh nomor dalam akun yang diretas. Aksi kejahatan di dunia maya itu hingga kini belum terungkap.
Salah seorang korban peretasan, Nako, warga Kota Sampit, mengaku akunnya dibajak sejak Minggu (6/6) lalu. Pelaku memanfaatkan akun WhatsApp pria yang berprofesi sebagai jurnalis itu untuk meminta uang pada sejumlah rekannya.
”Akun saya diretas seseorang dan ada beberapa korban yang menyampaikan kepada saya,” kata Nako, Rabu (9/6).
Menurut Nako, akunnya diretas setelah dia dikirimi pesan melalui media sosial oleh seseorang yang dia kenal baik. Dia meminta dirinya mengirim nomor WhatsApp-nya. Tanpa curiga, Nako menuruti kemauan orang tersebut. Dia juga secara tak sadar mengirimkan kode verifikasi yang masuk dalam teleponnya.
”Saya tidak mengira pesan itu ternyata bukan dikirim dari yang bersangkutan dan saya kirim balik. Tidak berselang lama WA saya sudah tidak bisa dipakai lagi. Ternyata ada pihak lain yang menggunakannya,” ujarnya.
Menurut Nako, pelaku menghubungi hampir semua nomor di kontak WhatsApp-nya. Sebagian menyadari pesan berisi permintaan untuk mengirimkan uang itu merupakan penipuan.
Akan tetapi, sejumlah kenalan Nako tertipu. Yohanes Aridian, misalnya, menderita kerugian sekitar Rp 750 ribu. Dia percaya pesan yang diterimanya dengan alasan meminta pinjaman dana untuk keperluan mendesak itu benar-benar Nako. Tanpa curiga dia mengirimkan uang pada nomor rekening yang disebutkan pelaku.
Pelaku diduga kuat merupakan warga lokal. Pasalnya, pesan yang dikirim menggunakan bahasa sehari-hari yang digunakan pemilik asli akun WhatsApp tersebut. ”Awalnya saya ragu juga, tapi saya coba pakai bahasa Dayak, dia mengerti dan menjawab dengan bahasa yang sama. Itu yang membuat saya yakin yang bersangkutan memang meminta bantuan,” kata dia.
Korban lainnya menimpa seorang pejabat penting di Kotim. Profesi Nako sebagai jurnalis membuatnya akrab dengan sejumlah pejabat. Pejabat yang menjadi korban tersebut mengirimkan dana sekitar Rp 850 ribu. Dia tak curiga meski nama rekening yang dituju bukan nama pemilik akun WhatsApp tersebut, namun atas nama Neneng Yuliana.
”Saya juga tidak mengira akun miliknya (Nako, Red) diretas, sehingga saya berpikir memang ada keperluan mendesak. Makanya saya transfer sesuai nominal yang diinginkannya,” ujarnya.
Akun WhatsApp Nako baru bisa pulih Selasa (8/6) malam, setelah dia meminta bantuan sejumlah rekannya yang memahami teknologi digital. Untuk mencegah aksi kejahatan pelaku, Nako sebelumnya juga berupaya menyebar informasi bahwa WhatsApp-nya dibajak.
Peristiwa yang sama juga pernah dialami seorang dosen sebuah perguruan tinggi di Kota Sampit. Korban yang meminta namanya tak disebutkan ini mengaku WhatsApp-nya juga pernah dibajak seseorang dan digunakan untuk meminta sejumlah uang.
”Modusnya sama (seperti yang dialami Nako). Diawali dengan akun yang meminta dikirim balik pesan di Facebook, setelah itu akun WA diretas,” ujarnya. (ang/ign)