PANGKALAN BUN- Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Kotawaringin Barat terus bertambah. Sejauh ini, dari data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat, posisi Kobar berada diurutan ketiga untuk jumlah pengidap HIV/AIDS se Kalteng.
Pendamping orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Maya Embun Sari memaparkan, sepanjang tahun 2016 ada 40 orang terdeteksi sebagai ODHA. Mereka terdiri 10 orang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK), 25 orang pelanggan PSK, 10 orang pasangan risiko tinggi (risti), 2 orang ibu rumah tangga (IRT), 1 orang pengguna jarum suntik (penasum), dan 1 orang kalangan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender).
"Jumlahnya terus bertambah. Sampai dengan Desember 2016, ada 40 orang positif HIV/AIDS," ujarnya.
Bahkan lanjutnya, sepanjang tahun 2016 di Kabupaten Kobar ada 2 pasien meninggal akibat penyakit AIDS.Diharapkannya kasus ini bisa menjadi perhatian seluruh masyarakat Kobar.
Selain itu, Maya juga menaksir, angka tersebut jauh lebih kecil dibanding kondisi riil di lapangan. Pasalnya, ketakutan masyarakat untuk memeriksakan diri dan menganggap HIV/AIDS sebagai aib, menyulitkan pihaknya untuk melacak keberadaan ODHA.
Lebih lanjut dipaparkannya, dari data Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kalimantan Tengah tercatat, posisi pertama jumlah penderita HIV/ AIDS di Kalteng yakni di Palangka Raya dengan 178 penderita HIV dan 151 AIDS. Kemudian di Kotawaringin Timur 163 (HIV) dan 38 (AIDS) dan Kotawaringin Barat 134 (HIV) dan 18 (AIDS). Begitu pula di daerah lainnya, juga rata-rata ada kasus penderita HIV/AIDS.
"Kobar masuk peringkat 3 se-Kalteng, namun tidak menutup kemungkinan ke depan Kobar melampaui peringkat Kotim mau pun Palangka Raya," tambah Maya.
Peningkatan angka itu, sebut Maya, membuktikan KPA Kobar aktif melakukan advokasi dan pendeteksian dini terhadap pengidap HIV/AIDS.
Melihat kondisi tersebut, Sekretaris KPA Kobar Muhammad Erfin Hidayat mengajak agar masyarakat Kobar yang memiliki resiko tinggi atau pun rendah terhadap penularan HIV/AIDS agar mau melakukan tes HIV atau VCT (Voluntary Counseling Test). Hal itu untuk mengetahui sejak dini status kesehatannya. "Semakin cepat dideteksi, semakin mudah ditangani," tukasnya.
Selama ini, terang Erfin, banyak warga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) saat menjalani perawatan medis di rumah sakit, mau pun puskesmas yang memiliki alat VCT.
"Ada beberapa telah masuk pada fase AIDS, dan baru terdeteksi saat melakukan perawatan medis di rumah sakit. Itu artinya dia sudah lama mengidap HIV/AIDS, tapi tidak terdeteksi karena sebelumnya tidak pernah melakukan VCT," pungkasnya. (rin/gus)