Pernikahan Farid Aji Wicaksono dan Eka Wulansari jauh dari kesan mahal dan mewah. Sejoli ini melangsungkan perkawinan dengan upacara tongkat pora ala Pramuka.
=======
Farid Aji Wicaksono dan Eka Wulansari menjadi tontotan warga masyarakat eks transmigrasi Desa Bukit Harum, Kecamatan Menthoby Raya. Di tengah masyarakat yang mayoritas berbudaya Jawa, dua mempelai ini melangsungkan pernikahan ala Pramuka.
"Upacara tongkat pora dan payung pora ini adalah bagian dari prosesi untuk melepas masa lajang anggota Pramuka kita. Ini akan jadi tradisi kalau ada anggota Pramuka di Kabupaten Lamandau yang menikah, " ungkap Ketua Kwartir Cabang Pramuka Kabupaten Lamandau Ir Mahruni.
Tradisi upacara tongkat pora merupakan kebanggaan dan kebahagiaan bagi Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lamandau untuk mengantarkan anggota menempuh lembaran kehidupan yang baru . Tradisi ini bertujuan agar tetap menjalin hubungan yang kuat antara anggota Pramuka.
Karena baru pertama kalinya digelar, upacara pernikahan mereka jadi tontonan warga masyarakat eks transmigrasi Desa Bukit Harum, Kecamatan Menthoby Raya. Warga desa masih memegang erat budaya Jawa, sehingga menikah dengan pakaian Pramuka tidaklah lazim. Namun kecintaan terhadap Pramuka membuat Farid Adji nekat menggelar akad nikah dengan pakaian Pramuka lengkap.
"Ini memang tidak lazim bagi masyarakat kita. Tapi dalam Pramuka ada, sehingga kami ingin melangsungkan pernikahan yang berkesan, unik dan berbeda dari kebanyakan. Jadi kami memilih melangsungkan akad nikah dengan pakaian pramuka dan menjalankan prosesi tongkat pora," ujar Aji.
Setelah akad nikah yang sakral selesai dilangsungkan dengan lancar di hadapan penghulu, kedua mempelai Pramuka yang telah sah sebagai suami istri ini digiring untuk melakukan prosesi upacara tongkat pora.
Di depan pengantin telah berbaris anggota Pramuka yang saling berhadapan membawa tongkat Pramuka. Setelah berdoa, lagu Indonesia Raya dikumandangkan dan dinyanyikan oleh seluruh yang hadir.
Tongkat lurus sendiri melambangkan bahwa dengan sikap tulus dan berjiwa kesatria kedua mempelai selalu siap menghadapi rintangan menembus semua halangan yang merintangi kehidupan mereka . Sedangkan dua barisan yang berhadapan merupakan pintu gerbang yang akan mereka lalui sebagai wujud tawa suka dan cita kehidupan mereka yang baru.
Kedua mempelai kemudian diharuskan melewati rintangan pagar tongkat pora. Dengan pelan keduangan melewati satu persatu halangan tongkat. Setelah sampai ujung barisan, diiringi pasukan Pramuka pengantin diantarkan ke rumah mempelai.
Selanjutnya pasukan membentuk formasi lingkaran mengelilingi pengantin, sedangkan tongkat disatukan di titik tengah layaknya payung. Ini disebut prosesi payung tongkat pora, yang mengandung makna Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi kedua mempelai dalam menghadapi berbagai rintangan hidup yang akan selalu ingat serta memohon petunjuk serta perlindungan-Nya. Prosesi ini membuat hadirin larut, bahkan ada yang meneteskan air mata karena diiringi oleh lagu syukur dan puisi berisi pesan pernikahan.
Terakhir, Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lamandau bersama para sesepuh Pramuka memberkati kedua mempelai dengan memberikan simbol kebesaran Pramuka berupa cikal (tunas kelapa), serta sejumlah cinderamata yang juga masih berbau pramuka.
Keunikan mereka belum selesai, karena pengantin pria juga merupakan anggota dari komunitas motor, sebuah motor tua juga ikut dipajang dan jadi objek foto mereka.
"Sungguh upacara pernikahan yang unim dan menginspirasi, ini wujud pernikahan yang sederhana namun berkesan. Anggota Pramuka memang enggak ada matinya. Kreatif," ujar salah satu anggota DPRD yang hadir, Suwito. (mex/yit)