SAMPIT – Perpindahan para pedagang kaki lima (PKL) dari pinggiran jalan Taman Kota Sampit ke Eks Mentaya Theater berdampak terhadap pendapatan para pedagang. Meski sudah berjalan hampir dua minggu, pendapatan pedagang menurun drastis.
Pedagang kacamata, Ian, yang menempati salah satu lapak depan Eks Mentaya Theater mengatakan, keuntungan memang ada. Hanya saja, penjualannya tidak sebanyak seperti berjualan di taman kota dulu.
”Untungnya ada sih ada, cuma tidak terlalu banyak. Dulu barang bisa terjual sampai 40 – 50 kacamata. Sekarang 10 saja susah. Menutupi modal, tapi tipis juga,” katanya, Kamis (9/2) lalu.
Ian mengatakan, yang menjadi masalah saat ini adalah penataan tempat untuk lapak di Mentaya Eks theater. Pasalnya, kebanyakan pedagang membangun sendiri tempat lapak mereka. Ada bagian yang terasa kacau dan membuatnya tidak rapi.
Hal serupa dikatakan Santo, pedagang sendal yang menempati lapak di bagian belakang Eks Mentaya Theater. Menurutnya, hasil penjualan pedagang di tempat tersebut tergantung penataan tempat. Jika tempatnya bagus, penjualan pun akan bagus.
Santo mengaku tidak bisa memastikan omzet penjualannya sejak pindah dari taman kota ke Eks Mentaya Theater. Sebab, selain baru pindah, ada pelaksanaan expo yang membuat warga Sampit lebih tertarik.
”Ini karena ada expo, makanya kami di sini sepi. Kita belum stabil dan baru menempati tempat ini. Jadi, banyak orang belum tahu. Apalagi sekarang ada expo. Kecuali saat sudah normal. Orang sudah tahu semua kita pindah ke sini, expo sudah bubar, baru kita bisa tahu tempat ini bakal ramai apa nggak,” katanya.
Hal yang disayangkan Santo, saat pertama kali menempati Mentaya Eks Theater, pemerintah tidak melakukan acara pengenalan atau semacam event untuk memperkenalkan tempat baru tersebut pada masyarakat. Padahal, jika hal itu dilakukan, akan memudahkan warga dan langganan lama mereka mengetahui kondisi dan lingkungan tempat jualan baru mereka.
”Saat pindah nggak ada pemberitahuan ke warga, nggak ada acara buat mempromosikan, pindah langsung. Coba waktu pindah itu diadakan acara atau apa, jadi orang tahu kalau kami pindahnya ke sini. Ada pengenalan untuk masyarakat. Seperti ini kan cuma sebagian orang saja yang tahu, yang lain banyak yang tidak tahu,” katanya.
Meski begitu, dia menegaskan, tidak akan pindah dari tempat tersebut. Sebab, ia tidak tahu lagi harus pindah ke mana. Apalagi Eks Mentaya Theater memang dekat dengan taman kota tempatnya berjualan dulu. Walaupun suasana berjualannya berbeda.
Santo mengatakan, omzet penjualannya sewaktu di taman kota lebih bagus karena banyak orang yang datang sambil melihat-lihat atau sekadar jalan-jalan. Karena sudah bertahun-tahun berjualan di lokasi tersebut, pelanggan sudah tahu letak pedagang tertentu tanpa harus mencari lagi.
”Lagipula tempatnya pinggir jalan, orang sambil lalu bisa lihat-lihat dan beli. Kalau ini kan dalam pasar, orang harus parkir motor, harus masuk, harus nyari,” tandasnya.
Mahruni, pedagang alat listrik mengatakan, perlu waktu satu bulan hingga penjualan benar-benar normal. ”Soalnya warga belum tahu tempat pindahnya pedagang langganan mereka. Jadi, paling tidak perlu sebulan untuk membiasakan diri. Kalau di taman kan warga sudah tahu di mana letak pedagang langganan mereka,” pungkasnya, seraya menambahkan, jika lokasi itu sepi, dia berpikiran untuk pindah ke tempat yang lebih menjanjikan. (sei/ign)