SAMPIT – Upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam memerangi penyebaran berita palsu atau hoax juga menjadi perhatian Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kotawaringin Timur (Kotim). Kepala Diskominfo Kotim, Sanggul Lumban Gaol mengajak masyarakat agar lebih kritis dalam menerima dan mencerna segala informasi yang didapatkan, baik didunia nyata maupun dari internet.
”Mungkin dalam waktu dekat kami akan membuat surat edaran kepada sekolah, perkantoran, dan instansi lainnya untuk bersama-sama memerangi hoax. Kepada masyarakat, terutama kalangan anak muda, agar jangan mudah terpengaruh dengan berita-berita seperti itu,” imbuhnya, belum lama ini.
Dipaparkan Sanggul, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna internet di Indonesia ada sekitar 132,7 juta jiwa dan sebagian besar aktif di media sosial. Media sosial ini mempunyai sisi positif dan negatif. Positifnya dalam penyampaian atau pencarian informasi menjadi lebih cepat, serta bisa berinteraksi dengan siapa pun dan di mana pun. Sedangkan negatifnya, salah satu contoh adalah hoax tersebut, yang cenderung berisi informasi palsu, pesan kebencian, memutar balikan fakta, dan provokatif, sehingga tidak jarang berujung pada konflik yang harusnya dihindari.
Namun lanjut Sanggul, belakangan ini justru sisi negatif itulah yang lebih sering muncul ketimbang yang positif. Sementara pemerintah daerah tidak bisa secara langsung mengambil tindakan, seperti menghapus konten-konten yang bersifat hoax di medsos.
Dijelaskannya, menyikapi ini Diskominfo hanya bisa sebatas melakukan imbauan dan sosialisasi. Karena itulah diharapkan ada kesadaran dari masing-masing individu untuk bersama-sama pemerintah dalam memerangi hoax ini.
”Kami tidak bisa memblok situs-situs atau postingan yang ada diinternet, bahkan kementerian saja kewalahan. Setiap detik ada postingan baru, jumlahnya bukan hanya satu atau dua tapi jutaan. Maka dari itu perlu adanya kesadaran dan diharapkan kepada masyarakat sebelum memosting apapun melalui internet dipikirkan dulu manfaatnya dan efek kedepannya. Apakah positif atau malah negatif,” pungkas Sanggul. (vit/gus)