SAMPIT – Tingginya harga cabai rawit membuat komoditas tersebut rawan pencurian. Petani terpaksa tidur di kebun demi lombok.
”Teman sesama petani cabai di pal 18 Pelangsian, tanam 1 hektare, hampir separonya dicuri orang,” ucap Wagiran, petani cabai rawit di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan MB Ketapang, belum lama ini.
Petani yang akrab disapa Giran ini menyebutkan, pencuri tidak memetik cabai satu per satu, tapi mencabut langsung pohon cabai pada malam hari saat kebun tidak dijaga pemiliknya. Untuk menghindari nasib serupa, ia menjaga ladangnya setiap malam.
”Di sini dibilang aman, tidak juga. Makanya kalau malam, biasanya saya jaga. Kita antisipasi saja, takut kalau kena juga. Soalnya yang dicuri itu kebanyakan karena nggak dijaga. Kita sudah memanam dan merawatnya susah-susah, diambil orang kan sayang. Apalagi harga cabai mahal sekarang,” imbuhnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Sarno, petani sayur yang juga menanam cabai rawit di ladangnya, Kelurahan Mentawa Baru Hilir, Kecamatan MB Ketapang. Dirinya biasa mengecek ladangnya setiap malam sekaligus memberi makan sapi peliharaannya. Saat mengecek, dia akan menyenteri ladangnya dan membunyikan pentungan untuk mencegah adanya pencurian.
”Saya dengar juga di pal 17 itu juga dicuri. Kalau tempat saya di tengah kota, rasanya tidak mungkin sampai diambil orang. Tapi memang enggak tahu juga kalau orang nekad,” katanya.
Dirinya mengakui, tempatnya berladang pernah mengalami kecurian. Hanya saja bukan cabai yang menjadi sasaran, tetapi daun bawang. Pencurian daun bawang dulu sangat marak sampai membuat para peladang resah dan ragu untuk menanam daun bawang.
”Kalau daun bawang dulu bener-bener dijaga. Bahkan sampai rombongan jaga bersama. Dulu pencuriannya marak sekali, banyak yang nangis gara-gara itu. Ada tetangga yang nanam sampai enam balur, semuanya habis dicuri,” ujarnya.
Untuk saat ini, dirinya mengatakan akan terus meningkatkan kewaspadaan terhadap ladangnya setiap malam. Walaupun tidak pernah kecolongan, hal tersebut untuk berjaga-jaga sebab karena harga cabai yang merokot saat ini cukup untuk membuat tanaman cabai rawit yang mereka tanam menjadi sasaran empuk pencurian.
Sementara itu, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kotim mengaku belum mendapat laporan dari petani terkait mengenai kasus pencurian tanaman cabai rawit. Meski begitu, Kasi Produksi Holtikultura Distanak Kotim Gt. Akhirin mengingatkan, para petani untuk terus meningkatkan kewaspadaan agar mencegah hal yang tidak diinginkan.
“Kami belum dapat laporan soal itu. Untuk saat ini, kami imbau agar para petani untuk berhati-hati dan menjaga ladang mereka masing-masing,” pungkasnya. (sei/yit)