SAMPIT – Sistem drainase yang buruk seringkali disebut sebagai penyebab terjadi banjir di kota Sampit. Padahal yang menyebabkan sistem drainase buruk atau tersumbat ini diduga dikarenakan kurang tertibnya sebagian masyarakat dalam membuang sampah.
Kasi operasi dan pemeliharaan sumber daya air, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kotim Moch Djuniadi mengungkapkan, dalam setiap kegiatan pembersihan drainase, sampah yang mendominasi justru sampah yang dibuang oleh manusia, seperti kantong atau botol plastik, dari pada sampah yang terjadi secara alami seperti rumput atau pasir.
”Walau pun petugas kami untuk menangani drainase ini berjumlah 60 orang tidak akan cukup untuk mengurus drainase yang panjangnya berkilo-kilo meter di kanan-kiri jalan, kalau kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya masih kurang,” paparnya, Rabu (1/3).
Menurut Djunaidi, sebagian besar wilayah kota sampit memang termasuk dataran rendah sehingga mudah terjadi genangan air. Ditambah lagi, drainase yang sering tersumbat membuat banjir bertahan lama. Tapi diakuinya, ini masalah klasik, dan jika saja seluruh kalangan masyarakat peduli akan kebersihan lingkungannya, maka dampak banjir kemungkinan tidak akan terlalu parah.
Selain itu pihaknya juga sering melakukan pengerukan untuk menghindari pendangkalan drainase, tapi hal itu sia-sia jika masyarakat masih membuang sampah ke dalam drainase.
Dirinya pun mengimbau kepada masyarakat untuk berperan serta dalam mengatasi masalah banjir di kota ini, yakni dengan ikut memelihara kebersihan drainase, minimal drainase yang ada disekitar rumah masing-masing, dan membuang sampah pada tempatnya.
”Dengan begitu memang tidak serta merta menghindarkan kota Sampit dari banjir, tapi setidaknya bisa meminimalisir. Banjir yang tadinya bertahan lama lantaran aliran drainase tersumbat, tapi jika dibersihkan dan aliran ke pembuangan lancar, maka saya yakin dalam beberapa jam saja air akan surut,” Pungkas Moch Djunaidi. (vit/gus)