SAMPIT – Pembongkaran bangunan di atas parit di Jalan Jendral Sudirman kilometer 4, Kelurahan Mentawa Baru Hulu, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, ricuh. Pasalnya, empat warga yang tidak terima pembongkaran satu jembatan, adu mulut dengan petugas, Selasa (14/3).
Informasi yang diperoleh Radar Sampit, semula petugas melakukan pengerukan parit dan membongkar bangunan di atas saluran air. Ketika empat pria tiba dan melihat jembatan terbongkar, mereka marah. Petugas pun jadi sasaran kemarahan. Situasi memanas dan terjadi adu mulut.
Untuk meredam suasana, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Rihel, Camat Mentawa Baru Ketapang Ahmad Sarwo Oboy, Lurah Mentawa Baru Hulu, dan Kasi Penyehatan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum tiba di lokasi beberapa menit kemudian.
Setelah dijelaskan kepada empat pria tersebut, suasana mulai kondusif. Mereka mendapat penjelasan, bangunan yang menghalangi saluran air akan dibongkar. Empat warga itu bisa menerima penjelasan tersebut.
Puluhan petugas Satpol PP dan Dinas Perhubungan yang berjaga juga tampak ramai memadati lokasi tersebut. Hingga akhirnya empat warga itu meminta agar jembatan dikembalikan seperti semula.
”Bukan tidak mau (jembatan) dibongkar, mereka minta jembatan dikembalikan agar kendaraan bisa lewat. Hanya kesalahpahaman saja. Semua terkendali dan pekerjaan tetap berlanjut,” kata Sarwo Oboy.
Sementara itu, Rihel menjelaskan, pembongkaran dan pengerukan parit di dua sisi Jalan Jendral Sudirman dari Bundaran Balanga hingga kilometer 4 sudah berlangsung sejak Senin (6/3) lalu, sehingga warga harusnya bisa bersiap.
”Itu juga sejak pagi sudah diberikan tempo sampai sore tidak juga dibongkar. Bahkan, yang lainnya juga sama. Setelah kita berikan kesempatan membongkar sendiri, lalu mengaku tidak sanggup, ya kita bantu membongkarnya dengan alat berat,” ujar Rihel.
Sembilan hari pekerjaan tersebut dilakukan, tercatat sebanyak 187 bangunan yang dibongkar. Rihel menjelaskan, total bangunan yang berada di atas saluran air itu mencapai 200 lebih.
”Entah itu milik pedagang, warga biasa, bahkan besok jembatan di Dinas Pariwisata juga akan tetap dibongkar karena terlalu sempit jalan air. Nanti dari Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) juga akan turun ke lapangan mencatat nilai aset yang akan dibongkar itu,” katanya.
Dia menegaskan, pekerjaan yang terus berlangsung itu untuk kepentingan umum dan tak bisa memberikan keringanan apa pun. Bangunan di atas parit harus dibongkar.
”Jika tidak begini, air tidak bisa mengalir dengan baik. Nanti ada lagi sejumlah titik tertentu yang terendam banjir sebagai dampaknya. Jadi, saya mohon pengertiannya, biar bangunan itu milik keluarga saya tetap dibongkar,” tandasnya. (mir/ign)