SAMPIT – PemerintahKabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) berencana merelokasi permukiman warga di bantaran sungai di Kotim. Hal itu sebagai salah satu upaya pengerukan sungai agar aliran air lancar dan bersih dari sampah.
Kasi Penyehatan Lingkungan Dinas PU Kotim Mochammad Djunaidi mengatakan, dalam program Pemkab Kotim, semua aliran bisa lancar. Selain itu, direncanakan ada pembebasan lahan di bantaran sungai di Kota Sampit. Di antaranya, Sungai Pemuatan, Mentawa, dan Masjid Jami.
”Rencananya tiga sungai itu bisa bebas dari permukiman penduduk, karena sejauh ini dapur dan jamban dibangun di sungai. Banyak sampah dibuang ke sungai tersebut. Jika hanya kita keruk dan bersihkan, dalam beberapa waktu kemudian akan penuh kembali dengan sampah,” ujarnya, Senin (3/4).
Menurutnya, rencana relokasi itu merupakan keinginan Bupati Kotim Supian Hadi agar sisi kanan dan kiri tiga sungai tersebut bersih dan bebas dari rumah penduduk, ”Nanti rencana direlokasi atau bagaimana, masih belum dipastikan,” ujarnya.
Sementara itu, rencana pengerukan Sungai Pemuatan diperkirakan akan berlangsung pada pertengahan April ini. Meski Dinas PU belum memiliki anggaran khusus, pengerukan tetap berlangsung dengan memaksimalkan puluhan petugas drainase.
”Pekerjaan ini terus dilakukan tanpa batas waktu. Sementara ini kami fokus pada saluran air sekunder dalam kota, agar air dapat mengalir dengan baik. Setelah itu, pekan depan akan dilanjutkan pengecekan ke Sungai Pemuatan. Diperkirakan minggu ketiga atau keempat dalam bulan ini akan dikeruk,” kata Djunaidi.
Ketika ditanya angggaran yang diperlukan untuk pengerukan sungai pembatas antara Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang, dia mengaku tidak ada alokasi dana untuk pekerjaan tersebut.
”Tidak ada dana yang disiapkan. Kami maksimalkan tenaga yang ada saja. Semua petugas sudah ada upah yang dibayarkan. Mau bagaimana lagi? Tuntutan masyarakat kami upayakan bisa terpenuhi,” ujarnya.
Djunaidi menambahkan, pihaknya akan menggunakan perlatan yang ada dan sudah dipersiapkan. Meski akan memakan waktu lama, pengerukan Sungai Pemuatan secara manual akan selesai secara bertahap.
”Untuk alat berat saat ini masih di Jalan Tjilik Riwut kilometer 9. Ada pekerjaan juga di sana. Selain itu, nanti pengerukan harus dilakukan secara manual, karena banyak permukiman penduduk di sekitar sungai,” ujarnya. (mir/ign)