SAMPIT – Hari kedua Festival Budaya Habaring Hurung (FBHH) 2017 kembali diisi dengan berbagai kegiatan tradisional Kalimantan, salah satunya Mangaruhi atau Maloto.
Mangaruhi adalah menangkap ikan menggunakan tangan kosong atau dengan peralatan seadanya dan kegiatan ini merupakan salah satu tradisi masyarakat suku Dayak.
Lomba Mangaruhi dilaksanakan di Taman Miniatur Budaya Kotim, Senin (3/4) dan berlangsung meriah. Terutama pada saatnya ibu-ibu yang beraksi, antara perasaan tidak nyaman dan semangat untuk mendapatkan ikan terbanyak tampak menyelimuti para peserta ketika harus menyeburkan diri ke kolam lumpur untuk menangkap ikan gabus yang dilepas oleh panitia perlombaan.
”Penilaian lomba ini tidak ada yang khusus, siapa yang terbanyak mengumpulkan ikan sesuai batas waktu yang ditentukan, maka dia yang menang. Maka itu, walaupun agak jijik masuk ke dalam lumpur, tapi peserta tetap semangat mengikuti lomba ini,” kata Pungkal, Kabid Bina Budaya, Disbudpar Kotim sekaligus ketua panitia pelaksanaan FBHH 2017.
Pungkal menjelaskan, Mangaruhi sudah menjadi tradisi masyarakat Dayak, sebelum majunya perkembangan zaman dan teknologi. Dulu masyarakat Dayak biasanya menangkap ikan dengan tangan kosong atau dengan peralatan sederhana seperti sauk (alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu).
Mangaruhi biasanya dilakukan pada musim kemarau, dimana air danau atau sungai mulai mengering sehingga mudah untuk menangkap ikan.
“Lomba ini dilakukan berkelompok, tidak bisa hanya satu dan dua orang, karena Mangaruhi membutuhkan kerjasama tim,” jelasnya.
Lanjutnya, sekelompok orang tersebut bersama-sama terjun ke dalam danau atau sungai yang surut, lalu membuat air menjadi keruh dengan tujuan agar ikan yang ada didalamnya mabuk sehingga bisa dengan mudah ditangkap.
Maka itu, Mangaruhi selain sebagai kegiatan menangkap ikan untuk kebutuhan sehari-hari, juga seringkali menjadi ajang silaturahmi untuk mempererat kebersamaan antarwarga.
”Dengan dimasukkannya Mangaruhi sebagai salah satu cabang lomba di festival ini, kami berupaya untuk mengangkat kembali tradisi masyarakat Dayak agar masyarakat khususnya generasi muda dan para pendatang tahu apa yang menjadi budaya dan tradisi masyarakat kita zaman dulu,” tukasnya. (vit/fm)