SAMPIT – Rencana pengerukan bantaran sungai di sekitar Kota Sampit oleh Pemkab Kotim didukung penuh oleh Dinas Kesehatan setempat. Bersamaan program pengerukan tersebut, diharapkan membantu program anti Buang Air Besar (BAB) sembarangan, atau di sungai.
”Bahkan kalau perlu, kami harap ada Perda larangan membuat jamban di pinggir sungai. Dengan itu kita harapkan ke depan Kotim bisa seperti kota-kota maju lainnya, tidak ada lagi jamban-jamban di pinggir sungai,” imbuh Kepala Dinkes Kotim Faisal Novendra Cahyanto, Rabu (5/4).
Pengerukan sungai saat ini tengah dikerjakan oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kotim. Dalam pelaksanaannya, pihak Dinas PUPR yang mengerjakan pengerukan menemukan cukup banyak tinja, di saluran air sekunder di jalan MT Haryono menuju Sungai Mentaya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa hingga sat ini masih cukup banyak warga yang belum benar-benar melaksanakan program Stop BABS yang dicanangkan pemerintah.
”Jadi sebetulnya untuk masalah stop BABS ini tujuannya agar masyarakat menyadari bahwa membuang tinja dialiran sungai atau di kebun itu disebut BABS, atau buang air besar sembarangan,” tegas Faisal.
Dengan adanya pengerukan bantaran sungai yang secara otomatis akan merelokasi bangunan-bangunan yang berdiri di bantaran sungai, menurutnya juga otomatis ke depan jamban-jamban dipinggiran sungai juga akan disingkirkan. Dengan tidak adanya jamban-jamban dipinggir usngai, jumlah tinja yang menumpuk di bantaran sungai tentunya juga akan berkurang dan diharapkan tidak ada lagi.
Faisal berharap, ke depannya wargatidak lagi membuat atau memakai jamban-jamban di pinggir sungai dan dapat memiliki WC atau toilet standar permanen di rumah masing-masing. Dengan begitu, masyarakat secara tidak langsung mengupayakan penyehatan lingkungan sekitar dan terhindar dari penyakit akibat kuman dan lingkungan yang tidak higienis.
”Sudah ada program-program oleh beberapa instansi agar masyarakat berhenti BABS. Terakhir Pelindo juga membuat program serupa dan membantu warga membuat toilet permanen di beberapa titik. Kita harapkan masyarakat dapat terpicu dengan itu,” pungkasnya.
Selain itu tambahnya, program pengerukan sungai pun tidak hanya akan membawa dampak yang baik bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga akan memberikan citra yang baik bagi lingkungan sungai di Kotim.
”Ini juga untuk memperbaiki citra dan wajah kota Sampit. Jadi tidak hanya untuk kesehatan masyarakat, tetapi juga dari sisi pariwisata, juga akan menjadi lebih baik. Karena kan tidak mungkin kita memprogramkan wisata susur sungai, tapi yang terlihat adalah jamban,” tandas Faisal. (sei/gus)