SAMPIT – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim merasa mengalami kesulitan dalam menangani para penderita penyakit HIV/AIDS atau yang biasa disebut ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Pasalnya, secara umum para penderita HIV/AIDS ini enggan untuk memeriksakan diri dan mendaftar untuk berobat ke rumah sakit. Padahal, agar bisa mendapat penangan ODHA terlebih dahulu harus terdaftar dalam sistem informasi HIV/AIDS yang ada di rumah sakit.
”Penanganannya adalah dengan kami berusaha agar ODHA ini mendapatkan obat ARV (antiretroviral). Obat ini gratis seumur hidup untuk mereka yang sudah berada dibawah pantauan kami. Tapi sebelumnya mereka harus terdaftar dulu dalam sistem informasi HIV/AIDS, baru obatnya kami pesankan. Namun, sayangnya saat ini belum semuanya mau secara sukarela untuk mengakses berobat tersebut,” papar Kepala Dinkes Kotim Faisal Novendra Cahyanto, baru-baru ini.
Dijelaskannya, yang membuat ODHA enggan memeriksakan diri atau mengakses obat ARV lantaran mereka khawatir akan stigma masyarakat terhadap penderita HIV/ADIS. Faisal menilai, tak jarang ketika seseorang diketahui menderita HIV/AIDS maka ia akan dikucilkan oleh orang-orang sekitarnya, bahkan oleh keluarga sendiri.
Selain itu lanjutnya, dalam beberapa kasus, ODHA terpaksa harus kehilangan pekerjaannya ketika perusahaan yang mempekerjakannya mengetahui penyakit yang dideritanya tersebut. HIV/AIDS juga masih dinilai sebagai penyakit menular yang berbahaya hingga membuat orang-orang takut dan akhirnya menjauhi para ODHA.
”Stigma seperti ini yang kami harapkan bisa dihapuskan, agar para ODHA bisa secara sukarela memeriksakan diri. Karena hanya dengan obat ini kondisi mereka bisa membaik, walau pun tidak sembuh sepenuhnya. Selain itu setidaknya mereka tidak akan mudah terserang penyakit-penyakit oportunistik, seperti diare, berjamur di sekitar rongga mulut, dan lain-lain,” pungkas Faisal. (vit/gus)