SAMPIT – Menjelang menerimaan siswa baru, sebagian guru di sekolah swasta berharap-harap cemas. Mereka khawatir sekolah swasta tidak kebagian murid karena banyak terserap oleh sekolah negeri.
“Kami khawatir tahun ini sedikit saja siswa yang mendaftar di sekolah kami. Tahun lalu masih beruntung ada 30-an siswa baru yang mendaftar,” kata Tria, guru sekolah swasta di Sampit.
Menurutnya, sekolah negeri kerap membuka kelas terlalu banyak untuk siswa baru. Dampaknya, sekolah swasta tidak kebagian siswa. Padahal dari sisi kualitas , pendidikan sekolah swasta tidak kalah.
”Orang banyak memandang kualitas sekolah swasta ini sebelah mata. Makanya mereka memilih banyak di negeri. Faktanya swasta tidak kalah juga dalam bersaing,” katanya.
Dia berharap Dinas Pendidikan Kotim bisa membatasi kouta siswa yang masuk sekolah negeri. Dengan demikian sekolah swasta juga bisa kebagian siswa baru. Selain itu, banyak guru berstatus honor sekolah juga menggantungkan hidupnya di sekolah swasta.
”Intinya harus ada kebijakan membatasi kouta dengan jumlah yang ideal, dan perlu diperhitungkan dengan sekolah swasta juga, ini untuk keadilan,” katanya.
Pemkab Kotim diminta lebih tegas kepada sekolah negeri yang semena-mena menambah kuota siswa baru. Ini demi pemerataan siswa di semua sekolah.
Salah satu sekolah swasta yang nyaris tutup pada tahun lalu yakni SMP Miftahul Taqwa. Saat ini jumlah siswa hanya 13 orang. Di kelas VII ada satu siswi, kelas VIII ada tiga siswa, dan kelas IX ada sembilan siswa.
Selain dana BOS, pemasukan sekolah tersebut hanya berasal dari biaya Rp 25 ribu per siswa yang dibayarkan setiap bulannya. Dengan jumlah siswa yang sedikit dan pungutan OSIS yang tidak seberapa, tentu pemasukan tersebut tidak akan cukup untuk merenovasi bangunan sekolah. (ang/yit)