KUALA KURUN – Sebanyak 151 kontingen Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) Kabupaten Gunung Mas (Gumas) tahun 2017 dilepas. Mereka akan mengikuti FBIM tingkat Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai 19-22 Mei 2017 di Kota Sampit, Kotim. Ini merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan dalam rangka memperingati hari jadi Provinsi Kalteng.
”Event ini setiap tahun kita ikuti, dalam rangka perwujudan dan pelestarian nilai-nilai seni budaya dan olahraga tradisional yang dilakukan masyarakat di Kalteng, sekaligus sebagai upaya pemerintah kabupaten/kota untuk penguatan nilai seni budaya yang berkembang di masyarakat Dayak,” kata Wakil Bupati Gumas Rony Karlos, Selasa (16/5).
Dalam melestarikan nilai budaya dan olahraga tradisional, lanjutnya, Pemkab Gumas terus berupaya memelihara dan mengembangkan seni budaya, kebiasaan masyarakat, serta kearifan lokal melalui FBIM Mihing Manasa yang dilaksanakan setiap tahun.
”Kepada seluruh komponen masyarakat, mari terus jaga dan pelihara adat istiadat dan tradisi serta budaya, kearifan lokal, kawasan situs, dan cagar budaya serta peninggalan masa lalu di Gumas,” tuturnya.
Rony berpesan agar kontingen Gumas tidak hanya mementingkan hal-hal bersifat lomba dan juara, tapi bagaimana kontingen mampu berbuat, bertindak, dan bersikap sesuai nilai budaya sendiri.
”Dalam berlomba harus penuh semangat, menjunjung tinggi sportivitas, dan mampu memberikan yang terbaik dengan selalu menjaga kekompakan, kebersamaan, dan saling toleransi antara satu dengan yang lainnya,” ujar Rony.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Gumas Agung mengharapkan, melalui keikutsertaan kontingen Gumas, mampu menumbuhkan daya cipta, karsa, dan kreativitas seniman Dayak, menggali serta melestarikan nilai budaya masyarakat sebagai ajang silaturahmi seniman dan budayawan Dayak.
”Pada event tahunan ini, kontingen FBIM Gumas akan mengikuti 17 cabang lomba, terdiri dari, pawai/karnaval budaya, jukung hias, maneweng, manetek, manyila kayu, mangaruhi, habayang, balogo, karungut, tari daerah (pedalaman) dan tari pesisir (melayu), pop daerah, silat dayak/lawang sakepeng, pakasak lamang, manyipet, mangenta, panginan tradisional, besei kambe, sepak sawut apui, dan pemilihan putra-putri pariwisata,” pungkasnya. (arm/ign)