SAMPIT – Pemudik melalui jalur laut di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mulai bergerak. Lonjakan penumpang di Terminal Pelabuhan Sampit sudah terlihat pada Kamis (8/6). Pergerakan pemudik lebih cepat dibandingkan prediksi pemerintah yang memperkirakan arus mudik dimulai pada H-15 nanti 10 Juni besok.
”Peningkatan sudah mulai terjadi, tapi untuk padatnya nanti diperkirakan mulai H-15 ke atas,” kata Agus Suprijatna, PT Pelni Cabang Sampit, usai memantau keberangkatan kapal.
Dia menuturkan, lonjakan penumpang terlihat pada keberangkatan kapal kemarin. Kapal yang berangkat, yakni KM Kelimutu dengan kapasitas 1.600 penumpang, mengangkut 911 orang. Jumlah itu naik tiga kali lipat dibanding hari biasa yang hanya sekitar 200 – 300 penumpang.
Menurut Agus, mulai meningkatnya jumlah penumpang kemungkinan disebabkan sejumlah warga yang memilih mudik lebih awal. Mereka enggan berdesakan saat puncak arus mudik dan agar tetap kebagian tiket kapal yang kapasitasnya dibatasi.
”Dengan mulai meningkatnya jumlah penumpang, penjagaan dan pengawasan akan semakin diperketat. Kami tidak ingin sampai ada penumpang tanpa tiket. Langkah-langkah untuk menghindar hal tersebut, akan dilakukan pemeriksaan di setiap pintu masuk,” ujarnya.
Untuk menangani arus mudik tahun ini, PT Pelni Cabang Sampit telah menyiapkan 9 keberangkatan (call) kapal tujuan Sampit-Semarang dan Sampit-Surabaya maupun sebaliknya. Kapal yang digunakan adalah KM Sirimau dan KM Kelimutu yang masing-masing kapal kapasitasnya sekitar 1.600 penumpang. Jumlah ini diperkirakan cukup menangani pemudik tahun ini.
Pemudik di Terminal Pelabuhan Sampit didominasi pekerja perkebunan kelapa sawit. Sebelumnya dilaporkan, pekerja sawit mulai mudik. Pemkab Kotim meminta semua perkebunan besar swasta (PBS) agar tak mengangkut mengangkut karyawannya menggunakan truk atau kendaraan bak terbuka.
”Bupati sudah menyampaikan langsung dan memperintahkan agar semua perusahaan tidak menggunakan kendaraan bak terbuka mengangkut manusia. Khususnya menjelang Lebaran ini. Arus mudik sudah terlihat di Kecamatan Telaga Antang,” kata Camat Telaga Antang Siyono, Selasa (6/6).
Larangan tersebut, lanjutnya, sudah disampaikan kepada semua perkebunan di wilayah yang ia pimpin. Pengawasan ketat masih terus dilakukan, meski sejauh ini belum ditemukan adanya pelanggaran.
”Jika memang ada yang melanggar, akan ketahuan. Sebab, jalan yang mereka lintasi dari kecamatan ini menuju Sampit terlihat banyak orang. Kita tidak ingin ada kecelakaan yang menewaskan banyak nyawa,” tegasnya.
Pemudik dari wilayah utara tahun ini, tambahnya, jumlahnya meningkat. Sebab, mayoritas buruh perkebunan kelapa sawit rata-rata dari luar daerah Kotim. Pertengahan bulan ini, ratusan orang diperkirakan akan meninggalakan Bumi Habaring Hurung.
”Tanggal 11-18 nanti sudah habis semua mudik. Sejauh ini kami tingkatkan koodinasi dengan perusahaan sekitar sebagai pengawasan dan memastikan tidak ada pelanggaran,” tandasnya. (vit/ign)