KASONGAN – Harga gas elpiji subsidi ukuran tiga kilogram di Kabupaten Katingan belum mendapat intervensi dari Pemkab. Akibatnya, harga jual gas bersubsidi tersebut rawan melambung tinggi, terutama di wilayah yang cukup terisolir.
Camat Katingan Hulu H Subardi menuturkan, hampir sebulan terakhir harga jual gas elpiji tiga kilogram di Kelurahan Tumbang Sanamang, dijual pengecer dengan harga sangat mahal.
”Kalau di tempat kami itu, harga gas mulai kisaran Rp 48 ribu, paling mahal Rp 50 ribu per tabungnya. Dua kali lipat dari Kasongan. Harganya naik setelah terjadi kelangkaan," ungkapnya saat menghadiri kegiatan di Kasongan, Jumat (14/12).
Harga di atas normal itu sudah dirasakan masyarakatnya sekitar satu setengah bulan terakhir. Para pengecer beralasan, kenaikan harga lantaran tingginya biaya angkut ke wilayah terjauh setelah Kecamatan Bukit Raya tersebut.
”Karena satu-satunya jalan ke sana cuma melalui sungai, jadi ada tambahan biaya transportasi. Itu alasannya. Sedangkan di Kecamatan Marikit, harga gas hampir sama dengan Kasongan. Padahal, cuma satu dua jam saja dari tempat kami," imbuhnya.
Sebelumnya, kata Subardi, harga gas elpiji yang akrab disebut melon tersebut berkisar Rp 35 ribu – Rp 37 ribu per tabung. Masyarakat, katanya, mulai mengeluh dengan tingginya harga gas.
”Rata-rata masyarakat saat ini sudah menggunakan kompor gas, terutama setelah masuknya program pemerintah pusat berupa konversi minyak tanah ke gas. Kami mengakui bahwa gas lebih aman, praktis, dan hemat dibanding kompor minyak," jelasnya.
Pihaknya di kecamatan tidak berkutik atas kenaikan harga gas yang cukup signifikan tersebut. Pasalnya, hingga saat ini belum ada satu pun regulasi harga eceran tertinggi (HET) tentang gas oleh pemerintah daerah.
”Beberapa bulan lalu kami ada diminta Dinas Perindagkop Katingan untuk menginventarisir harga-harga barang, termasuk gas. Sepertinya cuma meminta data itu saja, karena sampai sekarang saya belum tahu apa tindak lanjutnya," ujarnya.
Sebab itu, dia meminta Pemkab Katingan segera mencari solusi terbaik atas kondisi tersebut. Pasalnya, kenaikan harga gas akan berdampak besar bagi masyarakat.
”Gas itu sudah menjadi kebutuhan rutin, terutama untuk memasak. Sedangkan sebagian besar rumah tangga saat ini sudah meninggalkan kompor minyak. Akibat mahalnya gas, sebagian warga terpaksa memanfaatkan kayu api untuk memasak," pungkasnya. (agg/ign)