KASONGAN - Pemerintah daerah melalui Dinas Perdagangan, Koperasi, UMKM, Perdagangan, dan Industri Kabupaten Katingan hingga kini belum mampu menetapkan harga eceran tertinggi (HET) terhadap elpiji ukuran tiga kilogram. Akibatnya, Pemkab tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan penertiban terhadap meroketnya harga jual gas bersubsidi tersebut.
Kebid Perdagangan di Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, dan Industri Katingan, Kurais mengatakan, belum terbentuknya tim HET elpiji membuat pihaknya kesulitan untuk melakukan pengawasan hingga penertiban.
”Kalau melakukan penertiban harga, memang kami belum bisa melakukannya. Karena belum ada tim khusus menangani masalah HET elpiji ini,” katanya, belum lama ini.
Kendati demikian, katanya, Surat Keputusan (SK) terkait pembentukan tim penetapan HET elpiji dan BBM sudah cukup lama ditandatangani pak bupati.
”Tapi sejauh ini belum ada tindak lanjutnya sama sekali. Tim tersebut nantinya akan menentukan harga eceran maksimal, jika pedagang menjual di atas HET maka tim ini berwenang untuk menertibkan mereka,” ujarnya.
Masyarakat Katingan diresahkan dengan meroketnya harga gas elpiji tabung tiga kilogram. Normalnya, harga gas berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 28 ribu per tabung. Namun kini melonjak menjadi Rp 35 ribu bahkan Rp 50 ribu per tabung.
”Kita meminta pemerintah daerah turun tangan menertibkan pangkalan maupun pengecer gas elpiji tiga kilogram. Karena, harga elpiji tembus Rp 35 ribu per tabung. Sebelumnya harga elpiji eceran dijual cuma Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per tabung,” tegas Ketua LSM Suara Rakyat Katingan Anto Saptono, Selasa (26/12).
Menurutnya, selama ini belum ada sekalipun tindakan dari pemerintah daerah atau dinas terkait mahalnya harga gas elpiji tiga kg di tingkat eceran. Seharusnya, jika ada gejolak di masyarakat terkait harga kebutuhan pokok hingga elpiji bersubsidi, pemerintah segera turun tangan.
”Misalnya melakukan penertiban di pangkalan atau kios yang menjual gas elpiji tiga kilogram. Kalau hanya diam maka pangkalan atau pengecer seenaknya menaikkan harga,” tukasnya.
Menurutnya, selama ini sudah terjadi beberapa kali kenaikan harga gas elpiji dengan alasan terjadi kekosongan. Namun harga tersebut tidak kunjung turun meskipun pasokan gas kembali normal.
”Apalagi sekarang momennya Natal dan tahun baru, tidak menutup kemungkinan adanya pangkalan atau pengecer yang menimbun stok. Jika sudah begitu, akhirnya harga akan naik dan tidak akan bisa turun lagi. Kalau sudah begini, masyarakat yang menjadi korban,” pungkasnya. (agg/oes)