SAMPIT – Meski ikan jelawat menjadi ikon Kota Sampit, namun tidak mudah menemukan pembudidaya jelawat. Salah satu pembudidaya jelawat yang masih bertahan adalah Umban. Lokasinya di Jalan Sudirman kilometer 10.
Kelompok tani yang dipimpin Umban ini mempertahankan jelawat karena tingginya permintaan pasar. Sayang, pengembangan ikan jelawatnya masih menjadi satu dengan kolam pemancingan.
Menurut Umban, kelompok tani yang dipimpinnya mendapat subsidi benih ikan jelawat dari Dinas Perikanan Kabupaten Kotawaringin Timur. Selain jelawat, Umban juga mendapat subsudi benih ikan jenis lain untuk dikembangkan.
Dinas Perikanan Kotim pernah memberikan subsidi 10 ribu benih ikan jelawat untuk diujikembangkan beberapa bulan lalu. Sekitar tiga bulan setelah penyerahan benih itu, ikan bernama latin Leptobarbus hoevenii itu masih bertahan di kolam.
"Masih hidup ikannya, sekarang enggak mau muncul ke atas. Nanti kalau malam ikannya baru keluar kalau di kasih makan," terang ibu Umban, Rabu (7/2) sore.
Dirinya tidak mengelak jika pengembangan ikan jelawat memang susah. Pertumbuhan yang lambat menyebabkan tidak banyak peternak yang melanjutkan pengembangan ikan ini. Pasalnya, masa panen ikan ini bisa memakan waktu hingga satu tahun.
"Lebih baik budidaya ikan lele, cepat besar dan cepat panen. Jadi cepat balik modalnya," pungkasnya.
Meskipun pengembangan terbilang susah, dia tetap melanjutkan budidaya jelawat. Sebab, ikan ini sudah dijadikan ikon Kota Sampit.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perikanan Heriyanto menambahkan, pihaknya akan terus memantau perkembangan ikan di lokasi Umban. Ia berencana membuat suatu sentralisasi perkembangan ikan jelawat dan lele di sana.
"Karena di sana airnya bagus, jauh dari pencemaran. Maka kami akan buat kolam khusus untuk jelawat. Asalkan Bu Umban tidak menanam tanaman apapun di sekitar kolam," tambahnya.
Di akhir tahun nanti menjelang masa panen jelawat, dirinya juga akan memberikan subsidi benih jelawat lagi kepada kelompok perikanan itu. (rm-88/yit)