SAMPIT – Menjamurnya pasar dadakan yang ada di Kota Sampit, membuat para pedagang di pasar induk cemas. Seperti para pedagang ikan di Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit, mereka mengeluhkan sepinya pengunjung dalam beberapa bulan terakhir.
Mala, salah satu pedagang ikan di PPM mengatakan, hasil penjualannya kian menurun. Dulu dirinya bisa menjual ikan sebanyak 3 boks untuk salah satu jenis ikan. Sekarang ia hanya berani menjual ikan sepertiganya.
“Dulu saya itu jual ikan nila sampai 3 boks. Sekarang 1 boks saja masih sisa,” ucap Mala, Senin (26/2).
Dirinya yakin, turunnya penjualan ikan di PPM diakibatkan para pembeli lebih memilih datang ke pasar dadakan. Sehingga pasar induk jadi semakin sepi.
Pedagang ikan lainnya yakni Asih, wanita yang sudah lama berdagang di PPM ini juga mengeluhkan adanya pasar dadakan atau pasar malam. Seperti di Jalan Sari Gading Kecamatan Baamang, kawasan Jembatan Kuning wilayah Kecamatan Ketapang, kawasan perumahan Wengga, dan di halaman bangunan eks Plasa Sampit. Dikatakannya juga, keberadaan pasar itu menyaingi kedatangan pelanggan ke PPM.
Asih juga mengungkapkan, tak sedikit dari para pedagang pasar malam yang kulakan dari pasar induk. Namun, ada pula yang mengambil dagangan langsung dari petani lokal. Namun tegasnya, para pedagang di pasar induk tidak melihat keuntungan dari situasi ini.
“Kita di sini sudah lama, bahkan saat masih bangunan kayu sebelum direnovasi. Kita bayar pajak, listrik, air, kebersihan, keamanan, tapi jualan makin sepi. Mereka yang jualan di pasar malam tidak dipungut apa-apa, jualannya malah ramai,” keluhnya.
Para pedagang ini pun berharap, ada tindakan khusus dari pemerintah terkait maraknya pasar dadakan. Mereka juga berharap pemerintah memaksimalkan fungsi pasar, dan mereka menyarankan agar pasar dadakan yang tidak berizin dihapuskan.
”Adakan pasar itu sesuai tempatnya. Kalau pun harus ada pasar dadakan, ya diberi jarak lah sama pasar induk. Jangan terlalu dekat. Kalau bisa di luar batas kota saja,” pungkas Asih. (rm-88/gus)