SAMPIT – Menjamurnya media sosial (medsos) masih jadi pro kontra di kalangan masyarakat. Sebab, selain menguntungkan, medsos juga dapat melumpuhkan dan menghancurkan moral generasi yang masih duduk di bangku sekolah.
Alasan masyarakat macam-macam. Bagi mereka yang tak setuju dengan perkembangan media sosial mengatakan, jejaring sosial menghambat pertumbuhan psikis anak. Di samping itu, medsos juga bisa jadi candu bagi peserta didik yang masih belum cukup umur.
”Saya rasa, media sosial itu yang membunuh moralitas generasi yang lahir dalam era digital. Soalnya sejak dini, mereka hidup dalam dunia yang serba nirkabel. Hal ini tentu menjadi dampak negatif bagi perkembangan akhlak anak-anak itu,” ujar Dayat (47), warga Jalan S Parman, Jumat (30/3) siang kemarin.
Sementara, masyarakat yang menanggapi positif perkembangan teknologi digital berujar lain. Kata mereka, perkembangan internet tidak salah. Sebab, tergantung pada individu yang menyikapinya.
”Perkembangan zaman apapun itu, baik digital atau tidak, tergantung yang menyikapinya. Kalau disikapi positif, ya jadi baik. Kalau dimanfaatkan untuk hal merugikan, ya jadi salah. semua tergantung individunya,” seloroh Ali (39) warga lainnya.
Menanggapi itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Kotawaringin Timur, Bima Eka Wardhana mengatakan, masyarakat harus bisa memilah mana efek baik dan buruknya perkembangan digital.
Namun, pihaknya juga tak menampik bahwa anak SD, SMP, atau yang masih berusia kurang dari 15 tahun, belum layak memiliki media sosial. Sebab, ujar dia, pemikiran anak di usia tersebut masih belum bisa memilah dampak baik dan buruknya sebuah media sosial.
”Anak-anak SD dan SMP itu tak tahu mana hoax dan fakta. Oleh karena itu, saya rasa mereka belum layak memiliki akun media sosial. Kecuali ada pendampingan dari orang tua yang perhatian,” komentarnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kominfo Kabupaten Kotim, penetrasi pengguna internet berdasarkan usia di Indoensia masih didominasi oleh anak-anak yang masih sekolah, dengan total prosentase sebesar 75,50 persen. Dengan rincian pengguna internet pada usia 10 tahun 25,00 persen; usia 15 tahun 30,50 persen, dan usia 19 tahun 20,00 persen.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Kotim, Multazam mengatakan, anak-anak dan remaja saat ini dihadapkan oleh ujian yang berat dalam menentukan masa depan mereka.
”Mereka dihadapkan tiga pilihan. Hidup dan meraih masa depan bersama perkembangan teknologi, lalu hidup bersama kebudayaan dari nenek moyang atau hidup dengan keduanya. Dengan demikian, keputusan akan menjadi lebih berat jika orang tua tidak mendampingi,” tandasnya.(ron/gus)