SAMPIT – Ekspresi kelulusan jenjang SMA dan SMK di Kabupaten Kotim dengan cara mencoret seragam sekolah, ternyata masih ramai dilakukan. Walaupun, pihak sekolah sudah berbagai cara meminimalisir agar hal tersebut jangan sampai terjadi.
Pengumuman kelulusan serentak dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, Kamis (3/5) kemarin. Sebagai antisipasi, pihak sekolah mengantisipasi dengan merazia seluruh tas para murid, untuk memastikan apakah ada peserta didik kelas XII yang membawa beberapa peralatan seperti pilok dan spidol untuk coret-coret baju seragam.
Selain itu, pihak sekolah juga mengundang seluruh orang tua peserta didik hadir langsung, guna menerima hasil kelulusan. Sedangkan para murid diwajibkan tidak mengenakan pakaian seragam baju putih dan celana biru muda.
”Hasil kelulusan kami umumkan melalui kertas dan dimasukkan ke amplop. Siswa dan siswi juga harus mengenakan pakaian bukan seragam sekolah. Alhamdulillah, dari 136 peserta lulus 100 persen,” ujar Kepala SMKN 1 Cempaga, Suwandi.
Meski pun pihak sekolah sudah berupaya mencegah aksi corat coret seragam, namun faktanya hampir seluruh peserta didik yang lulus tetap melakukan coret baju seragam hingga konvoi di jalan raya. Ironisnya, saat di jalan banya diantara mereka ada yang tidak menggunakan helm.
Pantuan Radar Sampit sekitar pukul 12.30 WIB, rombongan anak pelajar dengan bercoret baju seragam terlihat konvoi menggunakan kendaraan roda dua berpakaian seragam putih biru. Sebagian mereka menuju ke jembatan Bejarum Kecamatan Kotabesi. Ada yang berpasangan dan ada juga sendiri-sendiri. Bahkan, terlihat sambil bercengkrama di jalan.
“Kalau ada siswa dan siswi kami melakukan coret baju dan konvoi di jalan raya, itu bukan tanggung jawab kami selaku pihak sekolah. Sebab, kami sudah imbau mereka, bahkan orang tua juga dihadirkan. Seandainya ada yang tidak diinginkan terjadi di luar sekolah, kami serahkan sepenuhnya kepada orang tua masing-masing,” tegas Suwandi.
Hal ituk senada disampaikan Kepala SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan (MHS) Fathurrahman. Pihaknya juga telah mengimbau kepada 200 peserta didik kelas XII di sekolah itu, agar tidak melakukan corat coret baju seragam mau pun konvoi, setelah dinyatakan lulus.
“Orang tua siswa juga kami hadirkan untuk melihat langsung proses kelulusan. Para siswa tidak diperkenankan mengenakan pakaian seragam melainkan baju koko. Untuk kelulusan 100 persen,” paparnya.
Terpisah, Kepala Sub Bagian Penyelenggaraan Tugas Perbantuan SMA/SMK dan SLB Dinas Pendidikan Kabupaten Kotim, Asyari menerangkan, pihaknya belum bisa menentukan berapa persen angka kelulusan SMA dan SMK sederajat di Kotim.
“Kami belum menerima salinan hasil kelulusan, kemungkinan besok (hari ini). Kalau sudah ada salinan secepatnya diinformasikan,” tandasnya.
Menanggapi, aksi corat coret baju seragam, Asyari hanya bisa menyayangkan. Menurutnya lebih baik baju seragam itu disumbangkan kepada adik kelas yang memerlukannya, dari pada dicoret (fin/gus)