SAMPIT – Sarinah (40) tak kuasa menahan air matanya ketika melihat rumahnya sudah menjadi arang. Kebakaran yang terjadi Rabu (30/12), sekitar pukul 08.30 WIB, melalap habis kediamannya. Musibah itu juga mengejutkan warga yang bermukim di sekitar rumah korban Jalan Muchran Ali, Sampit tersebut.
Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran itu. Korban mengalami kerugian sekitar Rp 50 juta setelah barang dan rumahnya habis terbakar.
Dibincangi di lokasi kejadian, Sarinah menduga kebakaran disebabkan kompor minyak yang ditinggal dalam keadaan masih menyala. ”Tadi pagi sebelum berangkat mengantar anak, saya memasak nasi. Lantaran tergesa-gesa mau berangkat, saya lupa mematikan kompor,” katanya.
Sekitar pukul 08.00 WIB, Sarinah mengantar anak keduanya, Syahrani (18), bekerja di sebuah gudang Jalan Jenderal Sudirman kilometer 1 Sampit. Rumah ditinggal dalam keadaan kosong, sementara anak pertamanya, Jefriansyah (20), sudah terlebih dahulu berangkat kerja.
Dia tak menduga ketika ditinggal, api membara dan menghanguskan rumahnya. ”Tidak satu pun barang saya yang bisa diselamatkan," katanya sambil menangis.
Jefriansyah juga mengaku kaget dengan insiden itu. ”Saya datang, rumah sudah terbakar. Rumah memang kosong, sementara saya saat kejadian sedang bekerja di percetakan Jalan HM Arsyad. Ibu juga enggak ada ketika itu," katanya.
Api dengan cepat menyala menghanguskan rumah korban yang berukuran sekitar 8x6 meter yang terbuat dari kayu itu. Api tidak sampai merembet ke rumah lainnya setelah pemadam kebakaran melokalisir kebakaran dan memadamkan api. Meski demikian, api sempat merusak bangunan barak milik Lilis yang ditempati Paris. Dinding bangunan itu retak, bahkan peralatan elektronik milik Paris ikut rusak.
”Saat kejadian saya masih berada dalam barak. Mendengar suara ribut di luar, saat saya buka pintu, api sudah menyala besar," katanya.
Pria yang tinggal persis di samping rumah korban itu mengaku panik. ”Pikiran saya saat itu hanya ingin menyelamatkan anak saja. Saya langsung keluar bawa anak, barang-barang sudah tidak saya pikirkan lagi," katanya.
Sementara itu, warga meyakini api yang menghanguskan rumah Sarinah itu dipicu hubungan arus pendek listrik. ”Memang kata yang punya rumah lupa mematikan kompor, tapi saksi banyak melihat gara-gara listrik,” ungkap Rahmad, warga sekitar.
Ketua RT setempat, Karlos, tak berani memastikan penyebab munculnya api. Dia hanya menjelaskan, rumah yang terbakar ditempati Sarinah itu awalnya merupakan barak dua pintu. Tapi, setelah dibeli Sarinah, dijadikan satu rumah. ”Tidak tahu persis pemicu apinya, warga baru menyadari ketika api sudah membesar,” katanya.
Insiden itu ditangani Polsek Baamang untuk memastikan penyebab kebakaran. Aparat langsung melakukan penyelidikan. Lokasi kejadian sudah dipasang garis polisi oleh petugas.
Warga Diminta Waspada
Sementara itu, masyarakat Kotim diminta mewaspadai terjadinya kebakaran di wilayah permukiman. Dalam dua bulan terakhir, sudah tujuh bangunan ludes dilalap api. Kepala Pelaksana Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Rukmana Priyatna mengungkapkan, pihaknya mendata ada sebanyak tujuh bangunan yang terbakar dari November hingga Desember ini.
”Di antaranya kios di Jalan DI Panjaitan dekat Pasar Sejumput, di Kantor Dinas Pertambangan dan Energi, dan ini di Baamang. Semuanya tujuh bangunan,” ungkapnya.
Menurutnya, Desember ini merupakan masa rawan terjadi kebakaran permukiman. Penyebabnya, masyarakat banyak yang lengah karena musim penghujan ini mengira tak bisa terjadi kebakaran.
”Sebenarnya ini kan sudah musim penghujan, tapi malah sering terjadi kebakaran. Mungkin karena ini mendekati tahun baru, masyarakat sibuk mempersiapkan sehingga lalai,” katanya.
Dari sejumlah kebakaran akhir-akhir ini, BPBD mendata sebagian besar terjadi karena hubungan pendek arus listrik. Dia berharap masyarakat berhati-hati menangani permasalahan listrik. Misalnya, tidak melanggar ketentuan dari PLN dalam instalasi listrik.
Selain itu, dia juga mengharapkan masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Sebab, tidak menutup kemungkinan pada tahun 2016 ini tingkat bencana kebakaran permukiman bisa terus bertambah.
Kepala UPTD Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kotim Sunardi mengatakan, kasus kebakaran tahun ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Dari Januari sampai 30 Desember 2015, sudah 703 kebakaran rumah dan lahan yang terjadi di Kotim.
Sunardi menjelaskan, terdapat 33 rumah dan bangunan yang terbakar rata-rata akibat korsleting listrik dan 670 kebakaran lahan akibat kemarau panjang. Rata-rata kerugian mencapai Rp 50 – 100 juta rupiah pada tiap rumah dan bangunan yang terbakar, namun selama 2015 tidak ada korban jiwa. (co/oes/rm-71/ign)