PANGKALAN BUN - Aksi balapan liar (bali) di jalan Sutan Syahrir, Pangkalan Bun di bulan suci ramadan 1439 Hijriah ini semakin menjadi-jadi. Padahal, beberapa waktu lalu Satlantas Polres Kobar sudah melakukan penertiban, dan menyita sejumlah motor para pembalap liar ini.
Kali ini, aksi berbahaya di jalan umum ini dilakukan para remaja yang rata-rata usia pelajar, saat pagi selepas waktu Salat Subuh. Selain itu, masyarakat yang berkumpul di jalan tersebut juga ramai memainkan petasan.
Warga Pangkalan Bun, Salim menuturkan, setiap tahun selalu ada perubahan perkembangan terutama pada pagi hari usai salat subuh di bulan puasa. Menurutnya, jika dahulu diramaikan dengan sekedar jalan santai, nongkrong bahkan ada yang bermain petasan penuh dengan asap dan serpihan kertas, serta suara dentuman keras.
“Sekarang ini berbeda, bukan hanya suara petasan yang bersahutan, tapi raungan sepeda motor yang parau, menggertak pagi yang harusnya penuh kesejukan,” ujarnya, Jumat (18/5) kepada Radar Pangkalan Bun.
Salim membeberkan, aksi remaja menunggangi kuda besi itu, sesekali beradu kecepatan dengan jarak pendek, mulai dari depan kantor PDAM hingga depan kantor Pos. Kemudian dengan waktu yang sangat singkat mereka akan membubarkan diri. “Bila sudah mulai siang, dan pengguna jalan mulai ramai dengan sendirinya mereka akan membubarkan diri,” paparnya.
Selain itu menurutnya, sebagian besar kendaraan yang digunakan untuk kebut-kebutan tersebut tidak memiliki lampu penerangan, sehingga cukup membahayakan pengguna jalan yang melalui jalan tersebut. Terlebih jalur tersebut sangat dekat dengan Masjid Agung Riyadlush Solihin, dan juga RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Terpisah, mantan pelaku balap liar berinisial EP menuturkan, balapan yang dilakukan pihaknya tidak banyak mengeluarkan modal. Akan tetapi nilai taruhannya yang besar, yaitu terganggunya ketertiban, polusi bahkan nyawa sendiri hingga keselematan orang lain.
”Hanya sedikit modal nekat dan kemampuan teknik modifikasi, kita sudah bisa beradu kecepatan,” tukasnya.
Namun demikian, kini dirinya berharap fenomena ini menjadi perhatian, tidak hanya oleh pemerintah kabupaten (Pemkab) Kobar melalui aparat terkait, tetapi juga perlu peran aktif elemen masyarakat, tokoh agama, orang tua, para pendidik, dan yang lainnya. ”Setiap penindakan balapan liar, mohon dipastikan ada solusinya,” tandas pria ini. (jok/gus)