SAMPIT- Sebagian orang tua siswa masih kebingungan karena anaknya belum mendapatkan tempat sekolah. Di sisi lain, masih ada sekolah yang kekurangan siswa.
”Kami sudah berupaya maksimal mendatangi dari satu per satu sekolah, tak bisa diterima. Malah kabar miring yang kami terima, siapa yang berani membayar atau memiliki kenalan pejabat tinggi, baru bisa,” kata Nuhran, warga Ketapang, Sampit, Senin (2/6).
Pemerhati anak dan perempuan di Kota Sampit Forisni Aprilista berharap Pemkab Kotim memperhatikan anak-anak yang terancam tidak dapat bersekolah. ”Setidaknya ada solusi menyelamatkan anak-anak, agar tetap bersekolah dan mempunyai masa depan yang lebih baik. Orang tua berteriak itu wajar. Ayah dan ibu mana yang marah kalau anaknya tidak bisa melanjutkan pendidikan,” singkat Forisni.
Sementara itu, di tengah banyaknya keluhan orang tua yang anaknya belum mendapatkan sekolah, SMP Idrisia justru kekurangan anak didik. Sampai Sabtu (30/6) lalu, pendaftar yang mengambil berkas hanya 33 orang dan yang mengembalikan hanya 17 orang. Sedangkan kuotanya 32 siswa per kelas.
”Kami masih membuka kesempatan bagi orang tua yang masih bingung mencari sekolah untuk anaknya kami membuka gelombang ke-2,” kata Kepala SMP Idrisia Sampit Zainuri, Senin (2/7).
Sekolah yang beralamat di Jalan Tatar, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, ini juga menggratiskan biaya pendidikan bagi anak yatim dan tidak mampu.
”Ya gratis, bagi anak yang tidak punya bapak dan tidak punya keduanya. Siswa yang tidak mampu, juga gratis. Misal tinggal di barak dan penghasilan orang tuanya di bawah Rp 1 juta,” jelas Zainuri.
Siswa dapat bersekolah tanpa ada uang gedung, uang meja-kursi, dan uang komite. Siswa hanya dibebani mengganti biaya seragam yang disediakan khusus oleh sekolah.
”Sekolah kami belum bisa untuk membiayai itu (pengadaan seragam). Sedangkan bagi siswa yg mampu hanya dikenakan komite sebesar Rp 75 ribu per bulan dan itu pun sudah membantu anak lain yg tidak mampu,” ujar pria yang akrab disapa Zai ini.
Bagi orang tua siswa yatim maupun tidak mampu hanya diharuskan menyertakan surat keterangan tidak mampu dari lurah atau ketua RT tempat tinggal. Data itu diverifikasi pihak sekolah, selanjutnya anak pun dapat bersekolah.
Namun sayang, hal tersebut belum banyak diketahui orang tua siswa. Meski ada yang tahu, hanya sebagian yang tertarik menyekolahkan anaknya di sekolah berstatus swasta itu. Padahal secara kualitas, menurut Zai, kegiatan belajar dan mengajar tak kalah dengan sekolah negeri.
”Alhamdulillah di tahun ajaran 2017-2018 ini sekolah kami menoreh prestasi baik akademik maupun nonakademik. Contohnya juara 2 OSN Matematika tingkat kabupaten dan mewakili Kotim ke tingkat provinsi. Ada juga siswa kami yang juara lomba pidato tingkat kabupaten, dan banyak lagi prestasi lainnya,” imbuh Zainuri.
Di sisi lain, SMP yang dipimpin Zainuri ini juga mengedepankan bidang agama. Lulusannya pun dipastikan mampu bersaing dengan sekolah unggulan yang ada di Sampit. Sehingga tak beralasan bila orang tua takut menyekolahkan anaknya di sekolah swasta.
Seperti diketahui, penerimaan peserta didik baru kini menggunakan sistem zonasi. Orang tua pun berlomba untuk memasukan anaknya di sekolah favorit. Di sisi lain, kuota penerimaan siswa baru di sekolah favorit dibatasi. Sehingga tak sedikit orang tua yang harus menelan kecewa karena anaknya tak diterima di sekolah idaman. (mir/oes/yit)