SAMPIT – Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi meminta kepada seluruh nelayan di wilayah ini untuk tidak memaksakan diri melaut. Pasalnya, ketika kondisi cuaca sedang buruk sangat mengancam keselamatan mereka ketika melaut.
”Memang itu mata pencaharian mereka, namun ketika cuaca buruk seperti ombak tinggi, maka akan membayakan. Jadi saya meminta nelayan tidak memaksakan diri. Keselamatan tetap paling utama,” imbuhnya, baru-baru ini.
Bukan tanpa sebab Supian menyampaikan hal ini. Beberapa waktu belakangan kondisi cuaca sering memburuk. Terutama di laut. Ini ditandai dengan gelombang tinggi yang terjadi beberapa pekan terakhir.
Dirinya berharap, kecelakaan di laut tidak sampai terjadi lagi, khususnya bagi nelayan asal Kotawaringin Timur. Seperti pada akhir pekan lalu, sebanyak 13 nelayan asal Indramayu Jawa Barat jadi korban terbaliknya KM Bunga Hati 2. Dan mereka dievakuasi ke Sampit. Mereka diselamatkan oleh sebuah kapal barang yaitu KM Bahari Maju II yang sedang melintas di perairan Indramayu, saat perjalanan menuju Sampit.
Menyikapi hal itu, Pemkab Kotim dan pihak lainnya berusaha memberikan bantuan terbaik hingga 13 nelayan tersebut dijemput pulang pada Selasa (7/8) tadi.
Supian bahkan turun langsung membantu mengurus keperluan 13 nelayan tersebut. Termasuk membelikan pakaian, sandal dan perlengkapan lain.
Supian berharap musibah yang dialami 13 nelayan asal Indramayu tersebut menjadi pelajaran bagi seluruh nelayan, terutama dari Kotawaringin Timur. Ditegaskannya, sangat berbahaya jika memaksakan diri melaut, ketika cuaca sedang buruk.
”Nelayan di daerah ini kan umumnya menggunakan kapal kayu dengan ukuran tidak terlalu besar sehingga rawan terbalik kalau ada gelombang tinggi. Saya sangat berharap para nelayan untuk lebih berhati-hati,” ujarnya.
Nelayan di Kotim, umumnya tersebar di Kecamatan Teluk Sampit, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara dan Seranau. Namun konsentrasi terbesar nelayan berada di Teluk Sampit, khususnya di Desa Ujung Pandaran dan sekitarnya.
Pemkab Kotim pun terus berupaya meningkatkan kesejahteraan nelayan dengan memberikan berbagai jenis bantuan. Selain berupa armada dan alat tangkap di laut, nelayan juga didorong meningkatkan produksi perikanan melalui budi daya, karena potensinya juga sangat besar.
Badan, Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Haji Asan Sampit juga mengimbau nelayan mengurungkan niatnya untuk berlayar.
"Untuk tinggi gelombang, bagi nelayan dan kapal tongkang masih berbahaya, sedangkan untuk kapal ferry dalam kategori sedang. Sementara untuk kapal penumpang dalam kategori aman - waspada. Berdasarkan prakiraan ketinggian gelombang pada pukul 13.00 dan pukul 19.00 berkisar antara 0,75-1,5 meter," kata Nur Setiawan, Kamis (9/8).
Dengan adanya potensi gelombang yang masih tinggi dan disertai angin kencang, Nur Setiawan mengimbau agar nelayan tidak melaut dan untuk kapal tongkang lebih waspada untuk mengurangi risiko jika tetap berlayar.
Nur Setiawan mengatakan, hingga satu minggu ke depan perairan selatan Kalimantan ketinggian gelombang masih berbahaya bagi nelayan dan kapal tongkang dan masih berpotensi terjadinya angin kencang.
"Beberapa hari yang lalu waktu di Ujung Pandaran memang gelombangnya terlihat signifikan dan anginnya berhembus cukup kencang," kata Nur Setiawan, Kamis (9/8) (rm-87/oes/gus)