SAMPIT – Pos Komando (Posko) Siaga Karhutla mendeteksi titik panas beberapa hari terakhir mulai tinggi. Salah satunya yang terdeteksi yakni di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
Menurut petugas Posko bagian pemetaan, Zulyan Firdaus, titik panas berada di Jalan HM Arsyad, kilometer 6. Titik panas tersebut terpantau oleh petugas pada pukul 15.00 WIB, Jumat (10/8).
Mendapati hal tersebut, beberapa instansi yang tergabung dalam posko siaga Karhutla di areal Museum Kayu Sampit, Jalan S Parman langsung bergerak memadamkan api.
”Sejak pukul 15.30 WIB, petugas yang bergerak langsung memadamkan api. Hingga pukul 16.30, informasi terakhir api masih belum padam,” ujar Zulyan, kemarin sore.
Sebelumnya, lanjut dia, titik api juga terdeteksi di daerah yang sama, yakni Jalan HM Arsyad, kilometer 5,5. Namun, menurut Zulyan, pemadamannya tak sesulit di kilometer 6.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandara H Asan Sampit Nur Setiawan masih belum dapat memprediksi sebaran titik panas yang diduga kebakaran lahan. Pihaknya masih melakukan pemantauan bersama beberapa instansi terkait yang tergabung dalam Posko Karhutla.
”Masih belum bisa diprediksi. Karena titik api tak sebesar di Mentaya Hilir Selatan. Hingga pukul 16.30 WIB kan petugas pemadam kebakaran masih melakukan upaya pemadaman,” ujarnya ketika dihubungi Radar Sampit.
Tingginya intensitas kebakaran di Kabupaten Kotawaringin Timur membuat masyarakat khawatir bencana kabut asap pada 2015 silam terulang. Mereka takut, dampak dari asap yang ditimbulkan menyebabkan datangnya penyakit pernapasan yang dapat mengancam keselamatan jiwa.
”Ya kalau ditanya khawatir, pasti. Kita belum lupa peristiwa tiga tahun lalu. Banyak anak-anak yang sakit karena gangguan pernapasan yang diakibatkan kualitas udara yang buruk,” keluh Darwianto, warga Jalan HM Arsyad.
Senada dengan Darwianto, Veronica, ibu rumah tangga yang berada di lokasi yang sama juga geram dengan para pembakar lahan yang tak bertanggung jawab. Pasalnya, pelaku pembakaran lahan tak pernah jera dengan sosialisasi yang dilakukan oleh beberapa pihak agar tak membuka lahan dengan cara dibakar.
”Saya heran juga. Mengapa yang membakar lahan itu tak jera. Mereka itu tak tahu risiko umum maupun hukumnya atau bagaimana. Bayangkan saja jika kejadian kabut asap tahun 2015 terulang, kita juga yang repot,” ungkapnya kesal. (ron/oes)