SAMPIT – Pulau Hanaut menjadi salah satu kecamatan yang rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Sebelumnya, karhutla terjadi di Desa Hantipan. Kini api menjalar ke Desa Bebaung.
Camat Pulau Hanaut Eddy Mashami mengatakan, sudah terdapat 16 titik api (hot spot) dan api terus menjalar ke beberapa desa. “Tiupan kencang angin tenggara yang membuat karhutla sulit dikendalikan,” ujarnya, Senin (20/8).
Kesulitan tim pengendali karhutla bukan hanya karena peralatan. Akses jalan hanya melalui sungai, ketersediaan air, dan jumlah personel terbatas. “Di samping itu, lahan gambut tebal termasuk menyulitkan pemadaman api. Baru beberapa saat dipadamkan, beberapa menit api muncul kembali,” ujarnya.
Pengendalian karhutla di Kecamatan Pulau Hanaut tidak hanya mengerahkan para personel baik dari kecamatan, polri dan TNI. Di samping itu, tim dari masyarakat pemburu api (MPA) desa.
”Untuk tim MPA desa sudah kami arahkan untuk memblokir api dari kebun masyarakat agar tidak terbakar. Laporan sementara di Desa Satiruk api yang sempat berkobar sudah bisa dikendalikan,” tegas Eddy yang mengaku sudah hampir satu bulan berjibaku dengan karhutla.
Karhutla di Kecamatan Pulau Hanaut diprediksi akan terjadi di beberapa desa lainnya. Seperti Hanaut, Mekarti Jaya, maupun Rawa Sari. Guna mengantisipasi terjadi kebakaran tersebut dibutuhkan untuk para personel.
”Sampai saat ini kami belum mendapat bantuan pendanaan dari BPBD Kotim. Sedangkan pengendalian karhutla belum bisa diprediksi kapan berakhir. Semoga bencana karhutla cepat berlalu,” tutupnya. (fin/yit)