KOTAWARINGIN LAMA – Para petani sawit di Kecamatan Kotawaringin Lama kian terpuruk dengan murahnya harga TBS di pasaran. Saat ini harga satu kilogram sawit lebih murah dari satu buah pentol yang dijual pedagang keliling di kawasan tersebut.
Harga pentol saat ini Rp 1000 perbiji, sedangkan sawit hanya dihargai Rp 750 per kilogram.
Dengan kondisi itu masyarakat berharap agar Pemerintah Kabupaten Kobar segera mengambil sikap. Masyarakat berharap pemkab bisa membangun perusahaan daerah (perusda) yang khusus menerima hasil panen sawit dari perkebunan petani mandiri.
“Di Kotawaringin Lama idealnya ada satu pabrik kelapa sawit (PKS) yang khusus menyerap hasil petani mandiri. Meskipun berukuran mini, diyakini akan mampu menjadi alternative masyarakat agar tidak kebinggungan memasarkan hasil panennya. Percuma buah melimpah namun harga perkilonya lebih murah dari harga sebiji pentol,” kata Umpil, salah satu petani sawit di Kecamatan Kotawaringin Lama, Jumat (14/9).
Keberadaan pabrik pengolah kelapa sawit semacam itu sangat dibutuhkan mengingat setiap tahunnya luas perkebunan sawit warga meningkat cukup pesat. Berkembangnya tanaman sawit itu terjadi lantaran selama ini hasilnya dinilai mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dengan adanya perusda pengolah kelapa sawit, masyarakat berharap hasil panen petani bisa terbeli dengan harga standar.
Harapan akan adanya PKS alternative itu juga diutarakan Ajan, warga Kolam yang lain. Menurutnya saat ini PKS yang ada seolah-olah sudah tidak mampu membeli sawit petani mandiri dengan berbagai dalih yang sulit dimengerti masyarakat awam.
“Kalau kebun warga terus bertambah dan semuanya sudah berproduksi maka kemungkinan akan semakin sulit menjual hasil panennnya. Walaupun ada yang membeli tetapi harganya cukup murah dan boleh dikatakan satu kilogram kelapa sawit tidak cukup untuk membeli sebiji pentol,” ujarnya.
Saat ini harga jual kelapa sawit ditingkat petani berkisar Rp 700 hingga Rp 750 perkilogram. Bahkan di beberapa kasus hasil panen petani tidak ada yang membeli.
Seperti yang dialami Ukui, warga RT 02 Kelurahan Kotawaringin Hilir, Kecamatan Kolam. Dua ton hasil panen sawitnya tak laku dijual, karena pengepul sawit di kampungnya untuk sementara tidak lagi menerima hasil panen petani langganannya.
Tak hanya itu, hal serupa juga dialami Matsul, petani sawit mandiri ini bahkan terpaksa harus menunda panen sawitnya karena belum menemukan pembeli. (gst/sla)