MUARA TEWEH - Kontingen Kotim membuat kejutan sekaligus mencatatkan sejarah dalam pertandingan cabang olahraga Bridge pada gelaran Porprov XI Kalteng tahun 2018 di Muara Teweh. Dari lima nomor lomba yang dipertandingkan, atlet Bridge Kotim menyapu bersih medali emas yang diperebutkan. Sukses itu sekaligus menandai kebangkitan olahraga asah otak khususnya di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Kelima emas yang didapat kontingen Kotim berasal dari kelas beregu (patkawan) putra, kelas pasangan campuran, kelas pasangan pemula putra, kelas pasangan senior 60 tahun ke atas putra, dan kelas pasangan umum putra.
Official cabor Bridge Kotim Andy Apuanor mengaku capaian ini melebihi target yang dibebankan. Padahal Porprov sebelumnya di sPalangka Raya, kontingen Kotim hanya menyumbangkan dua medali emas dari cabor Bridge. “Alhamdulilah melampaui target dengan sapu bersih lima medali emas,” kata Apuanor disela pembagian medali, Selasa malam (23/10).
Saat laga final kelas beregu (patkawan) yang menjadi kelas utama dalam pertandingan Bridge, Apuanor mengaku puas. Hal itu dibuktikan dengan memukul telak kontingen Palangka Raya yang menjadi lawan terberat sepanjang gelaran Porprov XI Kalteng Tahun 2018 di Muara Teweh.
Sekretaris Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (GABSI) Kotim ini menjelaskan pengintensifan persiapan dilakukan sejak awal tahun 2018. Mulai dari latih rutin termasuk pembinaan kepada atlet pemula. Bahkan bulan Juli 2018, pihaknya mengirimkan perwakilan ke Batam untuk mengikuti kejuraan bridge internasional yang diikuti 6 negara. Hasilnya atlet Bridge Kotim masuk 20 besar dari seratusan peserta.
“Berkaca hasil itu kita optimis atlet kita mampu mencapai target empat emas. Hasilnya terbukti bahkan kita mampu sapu bersih seluruh kelas yang dipertandingkan,” kata Ketua STIKIP Muhammadiyah Sampit ini.
Ditambahnnya GABSI Kotim juga mengucapkan terimakasih kepada pemerintah daerah khususnya KONI yang mendukung baik moril maupun material terhadap program yang dijalankan.
Ke depannya untuk pengembangan olahraga Bridge, pihaknya akan merencanakan program Bridge masuk sekolah. Namun tentunya keberhasilan program itu harus mendapatkan dukungan dari stakeholder khususnya Dinas Pendidikan dan Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kotim.
“Selama ini pengembangan olahraga Bridge di Kotim hanya berkembang di kalangan tertentu khususnya mahasiswa. Kedepan kira rencanakan akan disosialisasikan ke sekolah-sekolah. Sehingga Bridge bisa menjadi olahraga populer seperti sepak bola,” harap Apuanor.
Dalam hal regenerasi khususnya atlet pemula pihaknya kerap terbentur dengan inkonsistensi para atlet itu sendiri. Kebanyakan mereka tidak tekun untuk berlatih padahal untuk memperlajari Bridge perlu proses panjang.
“Makanya banyak yang belajar setengah-setengah dan akhirnya memilih berhenti. Kunci keberhasilan sebenarnya simple cukup kesungguhan dari calon atlet itu sendiri,” ucap Apuanor. (viv/ton)