PANGKALAN BUN – Sempat dinyatakan sudah berakhir, PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Pangkalan Bun kembali mengeluarkan jadwal pemadaman bergilir untuk smeinggu kedepan. Jadwal byarpet itu akan berlaku pada 19 - 25 November akibat adanya defisit daya pembangkit dan pemasangan jaringan.
Akibat seringnya pemadaman bergilir ini sejumlah pengusaha dirugikan karena tidak dapat berkerja maksimal dan alat elektronik mengalami kerusakan serta kerugian lainnya.
Seperti yang dialami Sarwanza, sebagai seorang videographer dalam pekerjaannya sangat tergantung dengan listrik. “Selama jadwal pemadaman ini, kerjaan jadi molor, hidup mati listrik yang tidak jelas bikin jam kerja jadi tak teratur. Saat edit vidio sudah setengah jalan tiba-tiba mati, editan tak tersimpan jadi mengulang lagi dari awal. Padahal sudah antisipasi karena lihat jadwal, misalnya di jadwal jam 10 pagi pemadaman, tapi jam 8 sudah mati,” ujarnya, Minggu (18/11).
Menurutnya kerugian akibat mati listrik ini merembet kesegala arah. Pekerjaan yang seharusnya selesai 2 hari bisa berminggu-minggu. Belum lagi usaha percetakan sablon kaos digital miliknya yang tidak terhitung jumlah kerugiaanya.
“Ngeprint kaos tiba-tiba mati listrik, sablonnya jadi berhenti setengah jalan, jadinya terbuang,” tuturnya.
Selain itu kerugian lain juga diakibatkan kerusakan alat-alat elektronik, komponen computer, dan power suplay PC yang rusak akibat pemadaman listrik mendadak.
“UPS yang harusnya menyimpan daya listrik, ini malah rusak karena keseringan mati, power suplay PC sudah dua kali ganti, motherboard juga rusak, kerugian totalnya mencapai 4 jutaan, pokonya jadwal pemadaman ini tidak jelas, membuat kerjaan hancur,” kesalnya.
Menanggapi hal tersebut Asisten Analis Kinerja PT PLN ULP Pangkalan Bun Prapto menyampaikan, saat ini PLTU EEI Kumai sedang dalam masa perbaikan akibat mesin pompa air yang mengalami kebocoran. “Tadi malam (Sabtu malam) sempat masuk 1 unit mesin, sehingga pelanggan yang kena padam langsung dinyalakan secara bertahap. Ini masih perbaikan terus siang dan malam, mohon doa seluruh warga Pangkalan Bun mudahan cepat teratasi dan listrik bisa normal kembali,” imbuhnya.
Prapto menambahkan untuk beban puncak saat ini sekitar 33,5 Megawatt sedangkan kemampuan pembangkit yang ada dari PLTU Kumai 10 Megawatt, KTH 3,5 Megawatt dan PLTD Kumai 20 Megawatt. Karena PLTU EEI Kumai tidak sulpay maka defisit daya sekitar 9 Megawatt.
Sementara itu Manajer PLN ULP Pangkalan Bun Permono Gunawan menyampaikan, saat ini PLTU EEI Kumai masih mengalami defisit daya sehingga diperlukan pemadaman siang dan malam.
“Tim terus bekerja agar sistem interkoneksi bisa terhubung secepatnya, sehingga kita tidak lagi ketergantungan dengan pembangkit listrik yang ada dan listrik tidak padam lagi,” tandasnya.
Permono menerangkan bahwa untuk PLTU EEI Kumai mengalami kerusakan suplai pompa air (FWP). Gangguan tersebut terus berlulang hampir setiap hari. Sehingga jadwal padam yang pihaknya kirim menjadi tidak menentu. Dia juga menjelaskan bahwa PLN ULP Pangkalan Bun dalam hal ini tidak ada kewenangan atas gangguan FWP pada PLTU EEI Kumai, sehingga pihaknya tidak dapat berbuat banyak dan hanya bisa melakukan sebatas monitoring dan membuat laporan.
“Harapan kami, masyarakat dapat bersabar, Insya Allah jika sistem interkoneksi terwujud listrik di Pangkalan Bun akan lebih baik,” pungkasnya. (jok/sla)