SAMPIT – Jika Jawa Barat punya Kopi Malabar dan Sumatera punya Kopi Sindikalang, maka Sampit juga punya Kopi Kampung Bapinang.
“Karena saya lahir di sana, jadi saya beri nama kopi produksi saya ini sesuai tempat kelahiran saya,” ujar Nani Patmawati.
Nani sudah 1,5 tahun memproduksi Kopi Bapinang. Awalnya dia membuat kopi karena teringat kenangan bersama almarhumah ibunya, “Dulu sering membantu ibu membuat kopi. Lalu saya buat. Setelah suami saya mencobanya, dia bilang enak,” ujarnya.
Dengan modal awal Rp 50 ribu, Nani mulai memproduksi kopi yang dijual secara online. Dia mengemas kopi menggunakan plastik, kemudian dikemas lagi ke dalam plastik mika. “Peminatnya lumayan,” tuturnya.
Menurut Nani, orang di Bapinang biasa membuat kopi, namun hanya untuk konsumsi sendiri. Yang menjadikan Kopi Kampung Bapinang berbeda dari kopi lainnya adalah dari bahan tambahannya.
”Ciri khas Kopi Kampung Bapinang karena ada campuran jahe dan beras,” jelas Nani.
Nani menggunakan kopi terbaik dari Kalimantan Tengah. Dia mengambil di Pulau Hanaut dan Bebaluh, karena pamannya adalah pengepul kopi di lokasi tersebut.
Untuk meracik Kopi Jahe Bapinang, Nani butuh waktu sekitar tiga jam. Mesin mampu menggiling 20 kg biji kopi sekali giling. Dalam sebulan, Nani menggiling lima kali.
Kopi Kampung Bapinang sudah dijual hingga luar Kota Sampit, seperti Batam dan Tangerang. “Pernah juga ada yang bawa ke Sumatera sampai dua dus,” papar Nani.
Nani memproduksi dua jenis kopi, yakni kopi murni dan kopi jahe. Kopi murni dibandrol dengan harga Rp. 13.000, sedangkan kopi jahe Rp. 12.000. Ada juga ukuran besar 250 gr dengan harga Rp. 30.000.
Dalam sebulan Nani memerlukan 100 kilogram biji kopi untuk dikemas dalam 1200 pcs. Dia mengemas kopi jahe 800 pcs, dan kopi murni 400 pcs.
Nani pernah beberapa kali ganti kemasan. Semakin bagus tempat penyimpanan, semakin awet kopinya. Omsetnya juga naik secara perlahan. ”Sebulan omset Rp 12 juta,” ujarnya.
Selain menjual di toko oleh-oleh yang berlokasi di Jalan MT. Haryono, Nani juga mendistribusikan Kopi Kampung Bapinang ke beberapa swalayan di Sampit.
Nani berencana untuk memproduksi kopinya dalam kemasan sachet, namun terkendala modal. “Karena kemasan itu modalnya lumyan besar,” keluhnya.
Menurut Nani kemasan sachet akan lebih praktis jika sudah dicampur gula, dengan harga Rp. 2.000. Selain itu Nani juga berencana untuk membangun rumah kopi. Dari hasil Kopi Kampung Bapinang, Nani sudah dapat membeli sebidang tanah. “Dari modal awal Rp. 50 ribu, alhamdulillah diputar-putar sudah bisa beli tanah,” ujarnya. (rm-96/yit)