SAMPIT - Beberapa hari belakangan, peristiwa kesurupan kerap terjadi di SMP Negeri 6 Mentaya Seberang, Sampit. Sudah belasan pelajar putri mendadak pingsan dan kesurupan. Mereka pun terpaksa dipulangkan.
Informasi yang dihimpun koran ini, kesurupan tersebut dipicu kegiatan siswa membersihkan lahan di sekitar sekolah. ‘Makhluk halus’ yang merasuki tak terima adanya kegiatan membakar sampah potongan rumput di lahan kosong di samping sekolah tersebut.
”Melalui salah seorang korban kesurupan, katanya makhluk halus itu tak terima dengan adanya kegiatan membakar tumpukan rumput di situ,” kata Salimudin, seorang petugas di sekolah tersebut, Kamis (10/9).
Peristiwa kesurupan bermula sejak Senin (7/9) lalu. Sebanyak 12 siswa mendadak pingsan, sekolah pun menyarankan agar mereka beristirahat di rumah. Namun pada Rabu (9/9), sebanyak 8 siswi mendadak kejang-kejang, dan berteriak histeris. Semua siswi yang mengalami kesurupan mendapatkan penanganan dan dibawa ke musala sekolah. Proses belajar mengajar pun tidak dapat dilanjutkan, sehingga seluruh siswa harus dipulangkan.
Pada hari selanjutnya yakni Kamis (10/9), hal serupa hampir saja terjadi lagi. Belajar dari pengalaman sebelumnya, siswi yang kesurupan langsung dibawa ke musala dan setelah itu langsung dipulangkan. Ini dilakukan agar tidak menjalar ke siswa lainnya.
Kepala SMP Negeri 6 Kartina membantah jika peristiwa kesurupan tersebut dipicu oleh pembakaran lahan. Menurut Kartina, hal tersebut terjadi karena pelajarnya mengalami kelelahan saja. Sebab, sebelumnya sempat mengikuti kemah dan tetap masuk sekolah.
”Mereka hanya kelelahan sebelumnya ikut kemah. Pada Senin (7/9), memang ada siswi yang pingsan. Kami sudah pulangkan dan menyarankan untuk boleh tidak mengikuti pelajaran sementara waktu. Namun tampaknya mereka tetap bersikeras, hingga beberapa di antaranya mengalami kesurupan,” jelas Kartina.
Sementara pembakaran sampah rumput yang dilakukan, dijelaskannya hal tersebut bukan bertujuan untuk membakar lahan. Melainkan untuk kepentingan sekolah membangun kebun mini.
”Kami membersihkan ini karena untuk keperluan sekolah sehat, rencana akan dibuat kebun mini,” ungkapnya.
Diakuinya, pihaknya telah berkoordinasi dengan dinas pendidikan dalam pemberhentian jam belajar siswa pada Rabu (9/9). Atas persetujuan disdik, pihak sekolah pun memulangkan peserta didiknya.
Kendati demikian, Kartika tak menampik bahwa di sekolah yang ia pimpin memang masih kental nuansa mistisnya. Ini dikarenakan, letak sekolah yang masih dikelilingi hutan belantara. Sehingga dia mengimbau, siswanya agar hati-hati dalam berkata dan berprilaku. Pihak sekolah juga mulai menggalakkan doa bersama sebelum masuk kelas untuk menghindari kejadian serupa.
Sementara berdasarkan pantauan koran ini, meski sempat terganggu dengan adanya peristiwa kesurupan, kegiatan belajar-mengajar di sekolah itu, kemarin (10/9), kembali berjalan normal. (oes/dwi)