SAMPIT –Keberadaan gas liquifed petrolium gas (LPG) atau biasa disebut elpiji bersubsidi masih langka di Kotawaringin Timur. Imbasnya pedagang gas di tingkat pengecer pun tak bisa dihindari. Bahkan ada yang sudah bermain harga di luar kewajaran.
Warga Sampit pun mengeluhkan kondisi tersebut. Amel, salah seorang ibu rumah tangga mengaku kesulitan mencari elpiji bersubsidi atau biasa disebut gas melon itu.
“Nyari gas elpiji udah kaya mencari emas. Sulitnya minta ampun. Saya sudah ke sana kemari pedagangnya bilang habis. Tetapi alhamdulillah tadi dapat di Jalan Haji Imran dengan harga Rp 32 ribu biasanya saya beli bisa sampai harga Rp 40 ribu. Mau enggak mau saya beli karena kalau enggak, saya enggak bisa masak,” kata Amel, Minggu (23/12).
Harga gas elpiji yang dijual di pasaran di Kabupaten Kotim sulit diawasi dan masih belum menemukan solusi untuk menstabilkan harga gas elpiji. Meskipun sudah ada larangan untuk pedagang pangkalan tidak boleh menjual ke pedagang eceran namun kondisi dilapangan masih saja banyak pedagang eceran yang berjualan.
Herlina salah seorang pedagang kacang goreng yang sangat memerlukan gas elpiji 3 kilogram mengungkapkan agar pemerintah segera mengusut tuntas persoalan gas elpiji yang sulit ditemukan solusinya.
“Pemerintah harus jeli melihat persoalan elpiji dari dulu itu-itu saja tidak ada pemecahan solusinya. Harga naik turun meskipun sudah ditetapkan HETnya dengan harga Rp 17.250 tetapi masih banyak pedagang elpiji yang berjualan dengan harga sesuka hati,” kesalnya.
Dirinya mengungkapkan terpaksa membeli gas elpiji dieceran jika penjualan elpiji di pangkalan habis. “Pangkalan itu nyetok ratusan gas, tetapi kadang masyarakat bisa enggak kebagian. Entah itu dijualnya ke mana warga yang lain menyebut ada yang dijual untuk orang sawitan,” ujarnya.
Seperti yang diungkapkan Pangkalan Usaha Dagang (UD) Norma menjual harga gas elpiji seharga Rp 22 ribu. “Kalau untuk warga sekitar saya jual Rp 22 ribu tetapi kalau warga yang jauh saya jual Rp 23-24 ribu per tabung. Kalau memang langka saya jual sampai Rp 25 ribu,” kata lelaki yang tidak mau disebutkan namanya.
Dirinya mengaku dalam satu minggu mendatangkan tabung sebanyak dua kali. “Tergantung kadang bisa 10 hari baru datang. Untuk 1 kali datang bisa 160 tabung, belum lagi ongkos bongkar muatnya kita bayar secara sukarela, makanya harganya segitu,” ujarnya
Dari hasil penelusuran Radar Sampit adapula yang tetap konsisten menjual dengan harga yang wajar. Seperti pada pangkalan UD Rahman yang mengaku tetap menjual dengan harga Rp 20 ribu dan tidak melayani pengecer.
“Saya jual hanya untuk masyarakat sekitar aja, inipun sudah habis punya pesanan tetangga semua, dalam satu minggu datang 200 tabung. Dari agen saya beli sudah Rp 15 ribu per tabung,” kata Zaidah warga Ketapang.
Hal yang sama juga dilakukan oleh pangkalan UD Saleh yang membeli gas di Agen PT Haji Asmuni mengaku tetap menjual dengan harga Rp 20 ribu per tabung kepada masyarakat, dan di depan kiosnya terpampang jelas papan yang bertuliskan tidak menjual gas elpiji 3 kilogram kepada pengecer ataupun warung.
“Banyak aja orang sawitan yang mintanya beli banyak, tetapi saya tetap kasih cuma dua aja maksimal. Kalau saya kasih buat orang sawitan, kasian masyarakat di sini enggak kebagian, makanya kalau ada pangkalan banyak yang bilang kosong mungkin mereka menjual ke orang sawitan, karena mereka mau beli lebih mahal, tetapi saya enggak tetap jual sesuai aturan saja,” kata Istri Saleh.
Sukron salah seorang pedagang di warung yang menjual gas elpiji mengaku menjual dengan harga Rp 30 ribu. “Saya ngambil dari teman saya juga, teman saya yang beli di pangkalan, saya beli dari dia udah Rp 27 ribu yaa saya jual Rp 30 ribu itupun saya beli enggak banyak paling 3 sampai 5 tabung aja,” kata Sukron warga Jalan Jaya Wijaya.
Sukron mengaku tidak mengetahui bahwa ada aturan yang tidak memperbolehkan pedagang kios/warung kecil berjualan gas elpiji. “Saya enggak tahu, saya tahunya jualan saja, kadang-kadang masyarakat di sini ada yang tanya jadi saya sediakan saja,” ujarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Sampit, wilayah Sampit sedikitnya memiliki 6 agen resmi yang menjual gas elpiji 3 kilogram yakni, PT Altana, PT Mathilda Jamrud Narang, PT Haji Asmuni Nasrie, PT Lampang, PT Muadita Cahaya Biru, PT Harapan Mentaya dan kemungkinan masih ada lagi agen resmi lainnya yang belum sempat ditelusuri.
Gadis salah seorang staf yang bekerja di PT Altana mengatakan menjual gas elpiji 3 kg dengan harga 15. 250 sesuai dengan harga tertinggi dari pemerintah.
“Kita ikutin HET dari pemerintah aja jualnya Rp 15.250 per tabung dan kami juga tidak melayani penjualan ke pangkalan yang tidak resmi dan tidak terdata,” ujarnya. (hgn/oes)