SAMPIT – Elpiji ukuran 3 kilogram (kg) masih sulit dicari. Banyak warga yang harus keliling Sampit hanya untuk berburu elpiji subsidi.
Pantauan Radar Sampit, tiga kendaraan roda dua terlihat menuju salah satu pangkalan gas di Jalan Suprapto, Sampit, Rabu (16/1). Masing-masing membawa tabung elpiji gas kosong ukuran 3 kg. Mereka berasal dari lokasi berbeda.
”Saya dari Tidar,” ujar salah satu pembeli, Rabu (16/1).
Wanita itu menuturkan, sudah dari pagi mencari elpiji melon di pangkalan sekitar tempat tinggalnya, namun kosong semua.
”Saya catat saja nomor pengaduannya, susah kalau begini, kemana lagi saya mencari,” ujarnya sambil mencatat nomor telepon pengaduan yang tercantum di papan nama pangkalan gas tersebut.
Penjual gas di pangkalan tersebut mengatakan, elpiji sedang kosong. “Mungkin sore datang,” ujar pemilik pangkalan di Jalan Suprapto, Rabu (16/1).
Kelangkaan elpiji subsidi membuat harga melambung tinggi. Pemilik Toko Megga di Jalan Kapten Mulyono yang sehari-hari menjual elpiji pun sampai harus membeli ke tempat lain untuk kebutuhan dapurnya.
”Saya saja sampai beli di Baamang, harganya sempat sampai Rp. 40 ribu, karena saya perlu, ya saya beli, stok saya sendiri habis,” ujarnya.
Rizal, pemilik pangkalan gas elpiji di Jalan H. Anang Santawi menuturkan, sudah beberapa hari ini pasokan gas kosong. ”Dari Pertamina juga kosong. Di sini kan tergantung pasokannya juga. Kalau memang pasokannya tidak ada ya gimana,” ujarnya.
Ia mengatakan, stok elpiji 3 kg dan 12 kg di pangkalan kosong. Yang tersisa hanya gas tabung warna isi 5 kg. ”Antreannya panjang kapalnya gelombang, entah dari Jawa, apa Kaltim. Dengar-dengar bahan mentahnya yang kosong, saya kurang tahu juga,” tambahnya.
Rizal pun lebih menyarankan kepada pembelinya untuk beralih menggunakan tabung gas warna isi 5 kg. Dia menilai tabung gas 5 kg lebih aman dari pada tabung melon. “Kalau yang 3 kg, karena sedikit kan cepat habis, buka tutup regulatornya juga longgar,” katanya.
Dalam seminggu dia biasa mendapat kiriman gas 50-60 tabung, dan habis dalam jangka waktu tiga hari. Dia tidak membatasi penjualan khusus untuk lingkungan di sekitar rumahnya saja. ”Kalau ada orang jauh-jauh cari gas, masa saya harus bilang tidak ada, sementara gas ada,” katanya.
Harga eceran tertinggi (HET) gas 3 kg di pangkalan miliknya Rp. 18 ribu. Selain elpiji Rizal juga menjual minyak tanah dengan harga Rp. 12 ribu per liter.
Pengamat ekonomi Yuli Andriyati dari Fakultas Ekonomi Universitas Darwan Ali mengatakan, perlu adanya pengawasan agar penyaluran tepat sasaran. “Gas 3 kg itu untuk masyarakat yang tidak mampu,” paparnya.
Apabila tidak diawasi, beberapa penjual hanya memikirkan untung saja, dan tidak perduli masyarakat bawah dirugikan.
Yuli menuturkan, masyarakat kecil terpaksa menggunakan elpiji karena minyak tanah susah dicari dan harganya mahal. Di saat masyarakat butuh elpiji, ada oknum yang bermain. ”Kelangkaan ini karena adanya permainan, kongkalikong sama penjula eceran. Gas baru datang, tidak sampai setengah jam sudah habis,” ungkapnya. (rm-96/yit)