SAMPIT – Pangkalan sering kali dituding sebagai biang kelangkaan elpiji subsidi. Mereka kerap dianggap menyalurkan elpiji ukuran 3 kilogram tidak tepat sasaran. Menyikapi masalah itu, pihak pangkalan minta Dinas Sosial Kabupaten Kotawaringin Timur memberikan daftar masyarakat miskin kepada pangkalan.
“Nanti kalau namanya tidak ada di daftar, tidak akan dilayani gas yang 3 kilogram. Gas subsidi khusus warga miskin,” kata Rizal, pengelola pangkalan elpiji di Jalan Anang Sentawi, Sampit, Senin (28/1).
Rizal mengaku mendistribusikan elpiji sesuai aturan. Setiap pembeli harus menyertakan kartu keluarga. Itupun hanya untuk warga lingkungan sekitar.
”Cuma warga sekitar saja yang dilayani” tambah Rizal.
Dirinya mengaku mencoba membantu masyarakat yang kesulitan mendapat gas 3 kilogram. Agar distribusi merata, setiap KK hanya dijatah satu tabung. “Biar warga lain juga dapat, malah disalahkan,” keluhnya.
Dirinya mengatakan, pangkalannya dipasok 60 hingga 100 tabung elpiji 3 kilogram per pekan. Pasokan itu cepat habis.
“Di tempat saya sedikit saja datangnya. Saat orang mencari, jarang ada,” ungkapnya.
Dikatakannya, harga eceran tertinggi gas subsidi hanya Rp. 18.000. Dia berharap penentuan HET melibatkan pangkalan.
“Hitung saja modal Rp 15.250, jual maksimal Rp 18 ribu. Masuk 60-100 tabung per minggu. Apa cukup untuk perut empat orang. Kalau bikin HET itu, pangkalan diundang rapat, biar sama-sama enak,” harapnya.
Saat ini dirinya fokus menjual gas ukuran 12 kg dan gas warna ukuran 5,5 kg. Elpiji ukuran 12 kg dihargai Rp. 150 ribu, sementara gas warna ukuran 5,5 kg seharga Rp. 75 ribu.
Sementara pemilik pangkalan di Jalan Suprapto yang ditemui Radar Sampit, Senin (28/1), enggan memberikan informasi. “Ya seperti yang dilihat kosong, mungkin besok baru datang,” ujarnya, singkat. (rm-96/yit)