Mengoleksi merchandise musik metal tak melulu karena nge-fans. Barang-barang yang terkumpul bisa menjadi bahan edukasi tentang khazanah musik Indonesia dan dunia.
YUNI PRATIWI ISKANDAR, Sampit
Sudah tak terhitung berapa jumlah t-shirt, kaset, dan compact disc (CD) player metal milik Heru Wahyono. Pria kelahiran Jakarta 44 tahun yang lalu ini mulai menggemari musik-musik cadas sejak SMP.
Heru Wahyono menganggap dirinya bukan kolektor, melainkan kaum minoritas penggemar fanatik musik metal yang hobi membeli merchandise rock dan metal.
"Kadang band yang tidak disukai, pin saya beli. Orang lain tidak punya, saya punya, ada kepuasan tersendiri,” ujarnya.
Dia memperlihatkan koleksi-koleksi kaset metal. Beberapa di antaranya, ada koleksi barang langka.
Heru juga mengoleksi tiket-tiket setiap ada pertunjukan band metal lokal maupun internasional.
"Membeli merchandise dari grup band metal untuk koleksi pribadi dan kelak bisa dirawat oleh keturunan saya, untuk menambah wawasan musik rock dan metal dan bisa mengedukasi buat teman-teman yang ingin tahu mengenai t-shirt metal, musik metal, ataupun band metal," ucapnya.
Koleksi Heru pernah berkurang. Karena faktor ekonomi, ia pun harus rela menjual, terutama koleksi yang lebih dari satu.
Koleksi yang Heru punya tidak hanya didapat dari informasi rekannya di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Makasar. Ada beberapa koleksinya yang ia peroleh dari rekan di luar negeri, ada pula sebagian didapatkan melalui e-bay atau titip dengan teman di luar negeri. Sebagian koleksi disimpan, ada juga yang dipakai.
Antara koleksi kaset dan t-shirt, Heru lebih memilih kaset. Sebab menghargai musik adalah dengan menikmati musik itu sendiri. Dengan kaset, dia bisa mendengarkan musik.
Koleksi yang cukup berharga adalah t-shirt Ov Hell yang hanya ada 12 lembar di dunia. Di Indonesia sendiri hanya ada tiga.
Selain itu ia juga memiliki t-shirt Bolt-Thrower yang dibelinya Rp. 500 ribu. “And now this price, you can take a look this price second condition idr Rp. 1.250.000 - Rp. 1.400.000,” ujarnya sambil memperlihatkan gambar di salah satu akun instagram onevisionmerch Bandung.
Pada akun instagram tersebut t-shirt serupa dibanderol dengan harga tinggi dengan kondisi pernah dipakai. “Mungkin jika kondisi baru, harga t-shirt saya bisa mencapai Rp. 2 juta,” ucapnya.
T-shirt lain bertuliskan Suffacation merupakan salah satu t-shirt favoritnya, karena termasuk langka. Baju koleksinya yang termahal pernah ia jual dengan harga Rp. 700 ribu. Sementara baju yang paling mahal yang ia miliki dari Grup Band Messiah - Choir of Horror ( first press n rare kondisi 90 persen dengan harga Rp 900 ribu.
“Bisa mahal karena sudah langka, Messiah adalah band bergenre death thrash metal from Swiss,” imbuhnya.
Sebagai orang yang hobi mengoleksi marchandise metal harus punya product knowledge. Membedakan t-shirt bootleg (KW) dengan t-shirt kualitas original dapat dilihat dari kualitas printing designnya.
“Terkadang ada t-shirt band metal luar tapi lisensi lokal, ada juga yang jelek printing-nya. Ada t-shirt import bootleg tapi hasil printing bagus,” jelasnya.
Selain t-shirt, kaset grup band metal Majesty merupakan koleksi terlangka yang ia dapatkan di tahun 2000. Kaset tersebut pertama keluar di tahun 1986, kini band metal tersebut telah berganti nama menjadi Dream Theater.
“Kalau ada yang punya juga, saya angkat topi,” tuturnya.
Dengan membeli merchandise metal, dia merasa bisa mengexplore band metal itu sendiri. Dia jadi termotivasi mencari uang yang lebih banyak untuk terus berburu merchandise metal yang sudah langka.
“Lebih memacu untuk menonton konser-konser musik metal baik band lokal maupun luar,” katanya.
Tidak ada perlakuan khusus untuk perawatan barang koleksinya. Seperti kaset, jika sudah mulai berjamur pada pita kaset maka ia memasukan kaset tersebut ke dalam lemari es, hal itu ia anggap cukup efektif.
Sementara untuk T-shirt Heru tidak pernah menggunakan jasa laundry. Dia mencuci sendiri, direndam kurang lebih selama 5 menit, kemudian dijemur tanpa terkena paparan sinar matahari langsung.
Heru berkeinginan agar band metal lokal bisa sering tampil dan tour di Benua Eropa atau Amerika agar nantinya bisa sejajar dengan band-band metal dunia lainnya.
Heru mulai intens mengoleksi marchandise metal sejak tahun 2000. Dia juga menganggap mendengarkan musik metal adalah kenikmatan. Bahkan dia juga pernah menjadi penabuh drum semasa SMA. Hobinya mendapat dukungan keluarga. Orang tuanya sampai membuatkan studio musik. Karena kenakalan pada masa mudanya, akhirnya studio beserta isinya pun dijual.
Heru yang saat ini berdomisili di Sampit mempunyai pemikiran bagaimana agar musik metal dapat dikembangkan, salah satu caranya yang ia rasa perlu adalah dengan mengedukasi bahwa musik metal tidak melulu hal-hal berbau negatif.
Selain Heru, juga ada Murianto. Dia penggemar berat band metal sekaligus pemilik bisnis penjualan baju-baju metal di Sampit.
Pria 36 tahun ini awalnya kesulitan ketika mendirikan toko penjualan merchandise metal. Sebab toko yang berani mengusung konsep tertentu di Sampit terbilang jarang, terlebih untuk konsep metal.
Kegemarannya terhadap musik metal membawanya menyenangi t-shirt metal. Awalnya hanya untuk dipakai sendiri, lambat laun pada tahun 2013 dia mulai mencoba untuk menjadikannya sebagai peluang usaha.
Setahun berjualan melaui media online dirasa sudah cukup untuk memberanikan diri membuka usaha off line. Hingga pada tahun 2014, dia pun mulai menempati toko di DI Panjaitan dengan modal awal Rp. 10 juta. Pendapatan kotor perhari mulai dari Rp. 700 ribu sampai Rp. 1 juta. Sementara perkiraan rata-rata dalam sebulan pendapatan kotor Rp. 20 juta.
“Untuk pendapatan bersih kurang lebih 20 persen dari omset,” tandasnya.
Besar keinginannya untuk mengembangkan usaha dengan menambah studio musik beserta cafe. Ini bisa sebagai tempat nongkrongnya anak-anak pencinta musik.
“Dari cafe ini harapannya bisa dipertemukan dengan rekan-rekan pecinta musik dari luar daerah atau luar pulau sekalipun,” katanya.
Pelanggannya lebih banyak dari luar Sampit yang memang pecinta musik metal. Menurut Muri, enaknya berjualan dengan konsep adalah punya pelanggan setia. Walaupun toko tutup, pelanggan tetap menunggu. Pelanggan yakin di tempat lain belum tentu ada t-shirt yang sama dengan yang ada di tokonya. Tidak jarang Muri menerima permintaan pesanan dari pelanggannya yang menginginkan merchandise dari grup band metal tertentu, seperti Revenge The Fate.
Rata-rata dia memesan barang dari Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Bandung menjadi pusat clothing adanya di Bandung dan grup band metalpun banyak yang berasal dari Bandung.
Saat berbincang dengan koran ini dari tujuh orang yang datang ke tokonya, hanya satu orang laki-laki, selebihnya adalah perempuan. Banyak wanita yang menyukai t-shirt metal, bahkan tak jarang mereka memesan sesuai yang diinginkan.
Yuyut salah satu pelanggan yang sudah sering kali datang ke toko Gasasen (Galeri satu Seni) mengatakan dirinya memang tomboi dan menyukai baju-baju metal, namun yang ia beli bukanlah t-shirt melainkan tote bag metal. (***/yit)