SAMPIT – Bayi orangutan berusia satu tahun ditemukan warga Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga. Saat ditemukan, bayi itu sedang tak bersama induknya dan menangis di tepi sungai. Kini, bayi orangutan itu telah diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Pos Sampit.
Komandan Pos BKSDA Sampit Muriansyah mengatakan, bayi orangutan diserahkan Marjuki, warga yang menemukan orangutan itu sekitar tiga bulan lalu. Kondisinya kurus dan terdapat luka kecil di tubuhnya.
”Keberadaan induknya tidak diketahui. Pahadal yang kita ketahui, bayi orangutan tidak pernah jauh dari induknya. Ada dugaan induknya mati atau terbunuh, ” ucap Muriansyah, Rabu (27/1).
Bayi orangutan ini diserahkan warga ke BKSDA 26 Januari lalu. Rencananya, hari ini akan diantar ke balai rehabilitasi di Desa Pasir Panjang, Arut Selatan, Kotawaringin Barat. BKSDA berterima kasih karena semakin banyak warga yang sadar bahaya memelihara satwa dilindungi, sehingga dengan senang hati menyerahkan hewan yang dilindungi oleh Negara itu untuk kembali ke habitat sebenarnya.
Menurut Muri, sejauh ini pihaknya terkendala masalah ganti rugi kepada warga. Sebab, banyak warga yang beranggapan, setiap menyerahkan satwa dilindungi akan mendapatkan imbalan, padahal tidak sama sekali. Dia menjelaskan, justru itu sangat rawan terjadi jual-beli satwa liar dan tentunya melanggar hukum.
”Dikhawatirkan akan jadi mata pencaharian masyarakat. Mereka beranggapan menyerahkan satwa dapat imbalan. Ini sama saja dengan jual beli. Tidak boleh seperti itu,” ujarnya. Kendati demikian, Muri bersyukur dalam beberapa waktu terakhir kesadaran warga terus meningkat.
Selain penyerahanan orangutan, ada juga warga yang menyerahkan satu ekor owa-owa. Owa tersebut diserahkan Suyatna, warga Desa Tumbang Payang, Kecamatan Bukit Santuai, 19 Januari lalu.
Sementara itu, laporan gangguan satwa liar dalam beberapa waktu terakhir tetap banyak. BKSDA pun kewalahan menindaklanjutinya satu per satu. Di antaranya seperti yang terjadi di ; Desa Ganepo, Kecamatan Saranau, Desa Basilirih Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.
”Di wilayah itu orangutan tidak dijumpai, memang banyak bekas sarang. Tapi kami imbau warga untuk tetap berhati-hati,” katanya.
Warga juga diminta tetap melaporkan jika terjadi adanya gangguan satwa liar. Sebab, bukan tak mungkin masih banyak satwa liar yang mendekati permukiman dan perkebunan warga, karena pakannya menipis. (oes/ign)