PANGKALAN BUN - Guna meningkatkan sumberdaya manusia dan kelembagaan peternak rakyat di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kobar menyelenggarakan pelatihan bagi peternak melalui Sekolah Lapang Peternakan Rakyat (SLPR).
SLPR merupakan proses pembelajaran secara aplikatif, partisipatif, sistematis, dan terstruktur untuk meningkatkan SDM dan kelembagaan peternak dalam rangka mewujudkan kemandirian dan kedaulatan peternak rakyat di lokasi Sentra Peternakan Rakyat (SPR).
SPR sendiri merupakan sebuah pendekatan baru dalam pengembangan peternakan dan kesehatan hewan di Kobar yang sifatnya terpadu, yakni terpadu kawasan, terpadu data dan informasi, terpadu sistem usaha dan pemasaran, terpadu organisasi dan kelembagaan peternak, serta terpadu pelayanan teknis dinas yang didukung dengan partisifasi aktif peternak rakyat.
Kepala Dinas PKH Kobar Ida Pandanwangi mengatakan bahwa kegiatan SLPR dirancang dengan kurikulum yang terstruktur dimana seluruhnya ada enam sesi SLPR. Aspek pakan, Pengelolaan limbah, kelembagaan, produksi ternak, reproduksi ternak, dan kesehatan hewan.
“Dengan SLPR ini diharapkan wawasan dan keterampilan peternak dapat meningkat, sehingga mereka akan lebih percaya diri dan mampu mengelola usaha ternaknya dengan lebih baik. Selain itu, dengan semangat solidaritas dan kebersamaan para peternak sebagaimana tujuan dibentuknya SPR, diharapkan akan terwujud kelembagaan peternak yang tangguh dan kuat serta membawa perubahan peningkatan kesejahteraan peternak di lokasi SPR. Apalagi kegiatan SLPR ini didukung oleh perguruan tinggi, yaitu IPB dan Untama yang akan berbagi ilmu sekaligus mendampingi peternak di tingkat lapangan,” katanya, Senin (11/3).
Kabid Pasca Panen SMD dan Kelembagaan Dinas PKH Kobar M Rubiansyah menyampaikan bahwa para peternak wajib mengelola bisnisnya secara kolektif.
“Jangan berbisnis sendiri-sendiri, karena dengan kolektif para peternak jadi lebih kuat, bisa mengatasi permasalahannya bersama,” katanya.
Ditambahkannya, dalam kegiatan SLPR aspek kelembagaan ini, peternak diberikan pemahaman bahwa perlu adanya perubahan pola pikir peternak yang selama ini seringkali berkelompok hanya untuk menerima bantuan dari pemerintah.
“Kedepan harus dipahami bahwa mereka berkelompok untuk membangun kemandirian. Dengan berkelompok melalui pendekatan SPR diharapkan para peternak akan lebih mudah untuk membangun jejaring dalam satu manajemen usaha bersama, satu manajemen organisasi, satu standar (SOP) budidaya ternak, satu pintu dalam bisnis dan pemasaran ternaknya,” tambahnya. (sla)