SAMPIT – Event Sampit Job Fair tidak menjamin perusahaan bisa mendapatkan sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan. Sebab, banyak pelamar yang tidak memenuhi syarat yang ditetap perusahaan. Selain itu, banyak pelamar yang enggan ditempatkan di dalam perkebunan kelapa sawit yang notabene jauh dari kota.
HRD Specialist PT Best Agro Plantation, Budi, mengatakan bahwa setiap perusahaan memiliki standar kualifikasi tertentu yang mereka butuhkan untuk menempati lowongan posisi pekerjaan di perusahaan.
”Kami ada aturan dari perusahaan untuk menerima karyawan atau staff kami, bahwa kualifikasi usia dan pendidikan itu sesuai dengan masing-masing posisi yang kami butuhkan. Kalau lebih dari usia 35 tahun, kami perbolehkan tapi dengan catatan harus punya pengalaman sesuai bidang yang kami butuhkan. Kita selalu mengadakan open recruitment, walking interview dan ikut acara job fair serta lainnya. Acara seperti ini tidak hanya mendukung kita sebagai pengguna, tetapi juga menguntungkan para masyarakat sekitar,” jelasnya, Sabtu (13/4).
Menurutnya, pemanen yang paling banyak dibutuhkan di setiap perusahaan kelapa sawit. Karena lahan yang begitu luas, haruslah memiliki tenaga pemanen yang sesuai juga supaya target terpenuhi dengan baik. Otomatis harus mencari tenaga pemanen yang sungguh-sungguh bekerja di perusahaannya nanti.
“Pemanen membutuhkan sekitar 750-1000 lebih untuk luas lahan perkebunan 20.000 hektare. Itu belum tercukupi dari Kotim saja, otomatis kita juga harus mencari pemanen dari luar Kotim untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” ungkapnya.
Budi menggambarkan kondisi generasi sekarang ini, yang lebih menginginkan tempat bekerja tak jauh dari perkotaan, sedangkan rata-rata lokasi perusahaan kelapa sawit berada jauh dari perkotaan. Perusahaan butuh para calon pekerja yang bermental kuat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru.
“Itu yang menjadi problem di sini, anak-anak milenial saat ini seperti itu. Sebagian kompetensi mereka tidak sesuai yang kami butuhkan. Otomatis kita harus mencari lagi yang lebih kompeten. Di satu sisi kami kesulitan mencari tenaga yang kompeten dan di satu sisi masyarakat juga mencari pekerjaan,” jelasnya.
Selama acara Sampit Job Fair 2019, pengunjung tidak terlalu banyak. Butuh kerja sama yang baik antar pihak agar acara seperti ini bisa sampai terdengar oleh masyarakat luas, khususnya di Kotim.
“Kita mengadakan ini sebenarnya untuk mencari solusi mengatasi penggangguran atau para pencari kerja di Kotim. Bukan kita tidak membuka lowongan atau tidak peduli ya. Coba lihat selama kami gelar tiga hari ini, peminatnya kurang sekali. Coba lihat sendiri ya seperti ini. Sedikit sekali pengunjungnya. Kalau seperti ini, kami bekerja sama dengan salah satu SMK di sini, malah lebih memenuhi target open recruitment yang kami gelar di SMK. Untuk tenaga pemanen, belum banyak yang melamar ke perusahaan kami,” ungkapnya.
Selama tiga hari, pihaknya melakukan psicotest dan walking interview di Citimall. Ada sekitar 85 pelamar yang sudah masuk dari berbagai posisi pekerjaan.
Budi menambahkan , seharusnya bursa kerja yang ada di sekolah atau universitas mengirimkan perwakilan di acara tersebut. “Kami selama tiga hari membuka acara ini, tidak ada satu pun bursa kerja dari SMK atau universitas yang membawa perwakilannya ke sini,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Abdul Gofur, HRD PT Uni Primacom. Perusahaan kelapa sawit di Kecamatan Parenggean ini membuka beragam lowongan. Lowongan guru butuh lulusan sarjana, pemanen sawit cukup lulusan sekolah dasar, pengemudi minimal pendidikan SMA/SMK dan punya SIM.
Abdul Gofur mengatakan, banyak latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan Yayasan Wijaya Kusuma. ”Kita lagi mencari sarjana pendidikan, karena perusahaan kami kan punya yayasan pendidikan, nah yang pada nglamar pendidikannya banyak enggak sesuai,” ujar Abdul Gofur.
Pihaknya juga membuka pendaftaran perawat, tapi peminatnya sedikit. Pelamar tidak mau tinggal di kebun perusahaan. Peminat juru gambar juga jarang. Juru gambar khusus untuk membuat bangunan.
”Kami juga rekrutmen di luar daerah, misal di Jogja dan Surabaya. Kalau di Kotim ini, perawat peminatnya sedikit. Kalau untuk guru, banyak dari Palangka Raya,” ungkap Abdul Gofur.
Menurutnya, banyak calon pelamar usia produktif enggan bekerja di perusahaan yang jauh dari perkotaan. “Pernah buka rekrutmen di salah satu SMK, cuma jarang yang mau kerja di kebun. Mereka terbiasa hidup di kota, jadi mungkin belum bisa menyesuaikan keadaan di kebun. Jangan sampai baru dua bulan kerja langsung minta resign. Makanya kita yakinkan dulu ya, apakah betul-betul mau serius bekerja di kebun. Misal kaya yang masuk ikatan dinas kaya staff gitu, ada perjanjian ya, kalau mereka resign sebelum masa kerjanya habis, bisa kena penalti berupa denda sejumlah uang yang sudah ditentukan,” jelas Abdul Gofur.
Salah satu profesi yang bisa mengembangkan diri di perusahaan contohnya teknik informatika.
”Sebenarnya yang jurusan sarjana IT, mereka kerja di kebun malah bisa mengembangkan diri dengan program-program mereka. Karena ada beberapa pekerjaan yang masih manual, jadi bisa memanfaatkan ilmu mereka supaya mempermudah pekerjaan di sana,” pungkas Abdul. (rm-97/yit)