SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Jumat, 14 Juni 2019 16:22
Puluhan Rumah di Kobar Terendam Banjir
LUAPAN SUNGAI: Puluhan rumah terendam di Kelurahan Kumai Hilir dan Desa Sungai Kapitan akibat luapan Sungai Jayau setelah diguyur hujan, Rabu (12/6) kemarin.(YOHANES ARDIAN/RADAR SAMPIT)

KUMAI – Hujan lebat yang mengguyur Kabupaten Kotawaringin Barat, terutama kawasan Kecamatan Kumai, mulai berdampak pada masyarakat. Sungai Jayau (Sungai Kapitan) yang mengalir dan memecah Kelurahan Kumai Hilir dan Desa Sungai Kapitan, meluap dan merendam puluhan rumah di kawasan tersebut.

Tak hanya dua kawasan itu, genangan air juga merembet ke Kelurahan Candi. Belum ada data pasti terkait jumlah rumah yang terdampak. Namun, data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan, sekitar 37 rumah terendam air banjir berwarna cokelat teh itu.

Pantauan Radar Sampit di RT 02 Desa Sungai Kapitan dan RT 15 Kelurahan Kumai Hilir, kedalaman air yang merendam rumah warga rata-rata sekitar 70 sentimeter hingga 1 meter. Aliran air nampak deras terutama pada kawasan bantaran Sungai Jayau (Sungai Kapitan). Namun, sebagian besar warga tetap bertahan, berharap air segera surut.

Misriah, warga RT 02 Gang Talar, Desa Sungai Kapitan, mengatakan, selama puluhan tahun tinggal di kawasan itu, baru pertama kali ini terjadi banjir. Menurutnya, hal itu terjadi akibat penyempitan jalur Sungai Jayau. Selain itu, air dari Desa Batu Belaman dan Desa Pasir Panjang semua bermuara ke sungai tersebut.

”Air secara tiba-tiba datang dengan arus deras. Kami juga heran karena baru sekarang terjadi banjir seperti ini, yang lebih parah di Jalan Padat Karya. Hampir 20 rumah sudah ditinggal pemiliknya karena kedalaman rendaman mencapai satu meter lebih,” kata Misriah, Kamis (13/6).

Kepala Desa Sungai Kapitan, Mulkan, mengatakan, banjir menggenangi dua wilayah, yaitu RT 02 di Desa Sungai Kapitan dan RT 15 di Kumai Hilir. Mulkan juga membenarkan banjir yang terjadi di Desa Sungai Kapitan dengan tinggi air mencapai satu meter dan menggenangi 20 rumah warganya.

”Kalau untuk Desa Sungai Kapitan, banjir ini baru menjadi pertama kali. Kalau sebelumnya hanya air yang lewat saja tidak sampai menggenangi jalanan. Namun, air luapan dari Sungai Jayau belum sampai menggenangi TK/PAUD, SD, dan SMP, hanya di kawasan perumahan warga saja,” tuturnya.

Sementara itu, Kasi Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kobar Pahrul Laji mengatakan, banjir yang terjadi akibat intensitas curah hujan yang tinggi. Selain itu, karena pembukaan drainase baru di daerah hulu (Desa Batu Belaman). Penyebab lainnya, karena drainase di daerah permukiman tidak ada, bahkan yang ada pun sebagian besar tidak berfungsi mengalirkan air.

”Yang lebih parah lagi, karena pendirian rumah atau dapur tepat berada di atas bantaran sungai. Selain itu, muara pembuangan air di bagian hilir yang berkelok-kelok dan terjadi penyempitan. Saat ini kami masih terus melakukan pemantauan serta melakukan pendataan. Untuk sementara ada 37 rumah yang terdampak banjir tersebut,” terang Pahrul.

Wakil Bupati Kobar Ahmadi Riansyah mengatakan, pihaknya telah turun ke lapangan bersama tokoh masyarakat dan Dinas PUPR untuk mencari tahu sumber penyebab dari luapan sungai.

”Kami telusuri dan petakan, apa penyebab utamanya. Apalagi kejadian ini (banjir) merupakan yang pertama kali terjadi di Desa Sungai Kapitan,” katanya.

Selanjutnya, Pemkab Kobar akan menyusun rencana jangka panjang guna mencegah bencana itu terjadi di musim hujan mendatang. Untuk tahap awal, pihaknya akan menurunkan tim untuk melakukan pembersihan di saluran yang menyebabkan tertahannya aliran air sehingga menyebabkan luapan air.

”Kami pikirkan jangka panjang juga agar kejadian seperti ini tidak terulang. Kemudian untuk warga yang rumahnya terrendam cukup tinggi, kami sarankan untuk mengungsi,” katanya.

Terpisah, Prakirawan BMKG Kobar Stamet Iskandar Pangkalan Bun Januar Rahmad Pratama mengatakan, untuk wilayah Pangkalan Bun (termasuk Kumai dan Sungai Kapitan), dalam tiga hari terakhir curah hujan tercatat di atas 70 mm.

”Itu disebabkan aktifnya MJO serta adanya pembelokan angin dan konvergensi di wilayah Kalteng,” katanya.

Januar menjelaskan, MJO (madden-julian oscilation) itu merupakan suatu gelombang atmosfer yang bersiklus bulanan (antara 30-60 harian) yang bergerak dari barat ke timur. Tanda daerah yang terdampak MJO aktif biasanya mendapati curah hujan tinggi dan kejadiannya atau frekuensi hujan yang tidak menentu waktunya. Dikenal dengan menyelisihi frekuensi normalnya.

”Dalam seminggu ke depan, masyarakat tetap diimbau waspada,” pungkasnya. (ard/sla/ign)

 

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers