SAMPIT – Pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi peserta didik baru tahun ajaran pelajaran 2019/2020 telah diatur berdasarkan pedoman Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan bagi Siswa.
Wiyatna, guru sekaligus Ketua MPLS SMA N 3 Sampit, mengatakan bahwa MPLS berbeda dengan MOS zaman dulu, saat ini MPLS lebih cenderung berinteraksi dan menjalin komunikasi antarsiswa dan warga sekolah. Salah satunya dengan mengenalkan program sekolah, sarana dan prasarana sekolah, cara belajar, penanaman konsep, pengenalan kultur di sekolah yang baru. Menurutnya pelaksanaan MPLS ini dimulai hari, Senin hingga Rabu (15 Juli-17 Juli 2019).
”Konsep kami untuk mengenalkan peserta didik baru ke lingkungan dan warga di sekolah kami. Pelaksanaannya dilakukan dari Senin-Rabu mulai pukul 06.30 sapai 13.30,” terangnya, Senin (15/7).
Ia menuturkan jumlah peserta yang ikut MPLS ada 246 siswa, sedangkan pembagian kelasnya juga belum dilakukan, karena menanti selesainya kegiatan MPLS. Ia menambahkan ada sekitar 8 ruang kelas yang tersedia. Rencananya ada IPA 3 kelas, IPS 3 kelas dan Bahasa 2 Kelas, menyesuaikan kurikulum.
Wiyatna menjelaskan pada saat pendaftaran para siswa sudah diberikan angket peminatan kejuruan yang akan dipilihnya. Ia tidak menampik, di tengah jalan kadang ada anak yang tiba-tiba merasa tidak mampu di jurusan yang mereka pilih, lalu meminta pindah jurusan.
”Pernah ada kejadian seperti itu, kebanyakan awalnya menginginkan masuk di kelas “elite” IPA, terus tiba-tiba merasa tidak sanggup mencerna pelajaran, jadi dia minta pindah ke IPS atau Bahasa. Tapi kalau untuk sekarang sulit ya, karena data awal waktu mau masuk itu yang akan dikirim ke pusat sebagai data pokok peserta didik di suatu sekolah,” terangnya.
Pihaknya juga berpesan kepada orangtua untuk terus berperan memberikan arahan terhadap anak-anaknya yang mau masuk ke sekolah baru.
Wiyatna juga memberikan tanggapan mengenai perpeloncoan yang dulu sering terjadi pada anak-anak yang mau masuk ke sekolah baru. Ditegaskan, pihaknya sudah tidak ada istilah perploncoan, jadi MPLS zaman sekarang dirubah dengan pengenalan di dalam kelas dan diberikan materi-materi umum yang positif.
”Jadi istilah balas dendam dari kakak kelas dengan adik kelas sekarang sudah dihilangkan, bahkan mereka juga tidak membawa aksesoris atau apalah yang seperti MOS zaman dulu, hanya membawa seragam dari sekolahnya dulu karena saat ini seragam yang baru kan belum jadi,” ujarnya.
Salah satu guru PKN yang tengah memberikan materi bela negara di acara MPLS SMA N 3 Sampit menuturkan, materi yang ia sampaikan sangat bertujuan untuk mendidik anak-anak yang mau masuk ke sekolah tersebut lebih menyanyangi semua teman meski berbeda keyakinan dan lebih menumbuhkan sikap cinta tanah air.
”Supaya mereka lebih mencintai lingkungan sekolah dan warga sekolah. Selain itu jiwa bela negaranya dan cinta tanah airnya selalu tumbuh dalam diri mereka,” ungkapnya.
Meski saat ini sudah tidak ada lagi perploncoan dari kakak kelas, namun panitia OSIS SMA N 3 Sampit tetap mendampingi acara MPLS hingga selesai.
“Osis kami disini terbagi dua ruangan jadi kami sekadar mendampingi adik-adik kelas supaya lebih teratur mengikuti rangkaian acara MPLS yang berlangsung tiga hari. Kami juga ingin menghilangkan istilah perploncoan buat adik-adik kelas kami yang baru masuk ini, sekarang istilah itu sudah tidak ada lagi,” ujar Salman selaku seksi perlengkapan OSIS.
Salah satu siswa baru yang saat itu mengikuti MPLS di aula SMA N 3 Sampit menuturkan, ia lebih merasa senang mengikuti MPLS yang seperti saat ini, karena mereka diberikan materi yang membangun.
”Senang karena tidak ada pembullyan lagi terhadap kami sebagai adik kelas yang baru, kami juga tidak merasa dipermalukan bila salah, kalau zaman dulu kan katanya kalau salah dihukum dan dipermalukan sama kakak-kakak kelas,” tuturnya. (rm-97/soc).