SAMPIT – Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 35 Tahun 2011 terkait larangan ekspor rotan ke luar negeri, berdampak pada petani dan pekerja rotan. Harga rotan semakin anjlok, karena pemenuhan kebutuhan rotan dalam negeri tidak banyak dan sifatnya hanya musiman.
Bupati Kotim Supian Hadi mengatakan, seharusnya pemerintah pusat meninjau ulang larangan tersebut. Sebab, saat ini produksi rotan di Indonesia cukup melimpah. Apabila hanya memenuhi kebutuhan rotan dalam negeri akan sangat berlebihan. Kondisi itu membuat harga rotan tidak bisa naik, sehingga petani dan pekerja rotan sangat kesulitan.
”Kotim merupakan salah satu daerah penghasil rotan terbesar di Kalteng. Banyak masyarakat bergantung dari rotan. Dengan adanya larangan ekspor membuat harga rotan selalu rendah," kata Supian.
Saat ini, harga rotan di tingkat petani hanya Rp 260 ribu per kwintalnya. Artinya, per satu kilogramnya hanya Rp 26.000. Harga itu cukup rendah dibandingkan sebelumnya yang bisa mencapai Rp 400-500 ribu per kwintal.
”Jika ekspor rotan masih dapat dilakukan, tentunya para petani dan pekerja rotan di Kotim akan lebih sejahtera, karena penghasilan mereka lebih baik dari saat ini," ujarnya.
Supian menuturkan, dalam setiap pertemuan dengan pemerintah pusat, dia selalu mengutarakan agar meninjau ulang kebijakan itu. Sebab, hal tersebut cukup merugikan daerah penghasil rotan, karena harga rotan sangat rendah dan hanya dibeli pengusaha lokal.
Sebelumnya, pengusaha rotan di Kecamatan Kotabesi Dahlan Ismail mengatakan, sejak awal 2012, ekspor rotan dihentikan dan membuat banyak pengusaha rotan gulung tikar. Kondisi bahan baku yang melimpah tidak sebanding dengan permintaan dalam negeri. Pengusaha rotan sulit memasarkan rotan dan harga di tingkat petani turun drastis, sehingga banyak petani rotan yang beralih profesi manjadi buruh di perkebunan kelapa sawit.
”Kami pengusaha juga tidak berani menyetok banyak, sebab rotan juga mengalami penyusutan, sehingga dapat membuat kami rugi jika ditumpuk terlalu banyak. Saat ini pembeli juga tidak pasti jumlahnya dan sifatnya musiman,” pungkasnya. (dc/ign)