SAMPIT- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit, kembali mencetak sarjana baru. Kali ini, sebanyak 60 mahasiswa resmi menyandang gelar sarjana manajemen. Mereka dikukuhkan dalam Sidang Senat terbuka STIE Sampit, di Gedung Serba Guna Sampit, Rabu (30/10).
Ketua STIE Sampit Thamrin Noor mengatakan tantangan wisudawan ke depan sangat berat. Menurutnya, tantangan yang dihadapi kini berbeda dengan pada masa 5-10 tahun lalu. Sehingga pola pendidikan di kampus pun harus berubah.
”Menghadapi itu kami terus mempersiapkan para tenaga pendidik. Terutama dalam hal kepimimpinan dan kerjasama tim. Serta kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global,” ujar Thamrin di hadapan wisudawan dan ribuan tamu undangan.
Mengutip berita media nasional, Thamrin menyebut, diperkirakan 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan digantikan teknologi canggih. Sebab itu, ungkap Thamrin, dunia pendidikan tinggi harus disesuaikan dengan tuntutan zaman.
”Dan hal penting adalah membentuk mahasiswa, generasi milenial yang berkarakter. Sehingga mampu memanfaatkan peluang dan mengakses pekerjaan-pekerjaan baru yang tidak dikenal sebelumnya. STIE Sampit sudah melakukan itu,” ujar Thamrin.
Wisuda XXII Program Sarjana Strata Satu Manajemen dilaksanakan di Gedung Serbaguna Sampit. Wisuda perguruan tinggi yang disebut Kampus Biru itu dihadiri, Perwakilan LLDIKTI wilayah XI Kalimantan, Anggota DPRD, perwakilan Yayasan Pendidikan Tinggi Kotawaringin Timur, unsur muspida, dan berbagai tamu undangan lainnya.
Perwakilan Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi Kotawaringin Timur Donny Y Laseduw menilai STIE Sampit telah melakukan lompatan yang luar biasa. Hal ini ditandai dengan terus bertambahnya jumlah wisudawan setiap tahunnya. Yang membuat Donny salut, banyak mahasiswa yang menjadi sarjana merupakan masyarakat biasa, bahkan tergolong tidak mampu.
”Sesungguhnya kesuksesan orang tua bukan terhadap harta benda yang dimiliki. Melainkan anak yang berpendidikan. Banyak orang tua yang kaya tapi pendidikan anaknya terbelakang,” katanya.
Pihak yayasan berpesan kepada wisudawan agar menjadikan Pancasila sebagai parameter. ”Jadikan Pancasila sebagai mercusuar dan para sarjana adalah nakhoda kapal. Nakhoda membutuhkan mercusuar agar tidak karam. Pancasila sebagai perekat,” pesan Donny.
Dalam prosesi wisuda sekolah tinggi berakreditasi B itu, ada tiga mahasiswa memperoleh nilai tertinggi. Gina Gesiana menjadi wisudawan terbaik pertama dengan indeks prestasi komulatif (IPK) 3,90, Rahman Hakim menjadi terbaik kedua dengan IPK 3,81, dan Barniah menjadi terbaik ketiga dengan IPK 3,79.
Setiap tahunnya jumlah lulusan STIE Sampit selalu mengalami peningkatan. Hingga kini, sudah lebih dari 1.000 sarjana yang telah dicetak. Ini menandakan kepercayaan dan pengakuan masyarakat akan perguruan tinggi tersebut semakin tinggi pula. Kampus yang beralamat di Jalan Walter Condrat itu kini memiliki dua program studi yakni Prodi Manajemen dan Prodi Kewirausahaan.
Acara yang dihadiri keluarga wisudawan itu juga disemarakkan dengan pertunjukan seni tari khas daerah. Paduan suara STIE juga menyuguhkan lagu hymne. Prosesi wisuda diakhiri dengan foto bersama dan jamuan makan siang.(soc/oes)