PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terus menggejot berbagai program yang berkaitan dengan pencegahan stunting. Mulai dari bidang kesehatan, hingga perbaikan gizi melalui pemenuhan pangan di tingkat keluarga.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kalteng Fahrizal Fitri menyebutkan, status gizi dan kesehatan ibu pada masa prahamil, kehamilan, dan menyusui merupakan tahapan yang harus diperhatikan dalam upaya pencegahan stunting. Periode yang kenal dengan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) harus diperhatikan secara menyeluruh.
“Periode 1.000 HPK ini merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi,” katanya saat Rapat Koordinasi Evaluasi Pelaksanaan Program Delana Aksi Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting, Kamis (31/10).
Ia menjelaskan, persoalan gizi tidak semata karena kurangnya asupan makanan, tapi juga oleh pola konsumsi terutama konsumsi rumah tangga, kesehatan lingkungan dan pola asuh, daya beli dan pengetahuan tentang gizi seimbang.
Ketimpangan pendapatan juga berpengaruh, terlebih apabila terjadi kenaikan harga pangan. Kenaikan harga pangan ini bisa saja tidak terbeli oleh golongan ekonomi rendah, sehingga berakibat kerawanan pangan rumah tangga.
“Kompleksitas gizi ini merupakan tantangan besar untuk menjadikan gizi sebagai isu sentral dalam memperbaiki sumber daya manusia (SDM),” katanya.
Maka dari itu, perbaikan gizi ini menjadi salah satu perhatian pemerintah dalam upaya pencegahan stunting. Hal ini juga diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
“Khusus untuk sektor kesehatan, perbaikan gizi masyarakat menjadi salah satu targetnya sebagai upaya mencapai komitmen, serta peningkatan kualitas SDM ke depan,” pungkasnya. (sho/yit)