SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Senin, 13 Januari 2020 11:36
Di Balik Pembuatan Lagu Habaring Hurung

Libatkan Banyak Orang, Paling Sulit Mengumpulkan Crew

Penghargaan: Bupati Kotim Supian Hadi saat menyerahkan piagam penghargaan kepada Mentaya Voice atas karya lagu bertema Kabupaten Kotawaringin Timur dengan judul "Habaring Hurung Jaya", penghargaan diserahkan bertepatan dengan HUT Kotim ke 67, (7/1).(YUNI/RADAR SAMPIT)

Mentaya Voice sukses merilis lagu dan video clip Habaring Hurung awal tahun ini. Banyak pihak yang terlibat membuat project ini. Setelah tujuh bulan sejak penciptaan llirik, akhirnya lagu yang mengangkat filosofi gotong royong ini rampung. 

YUNI PRATIWI, sampit

Lagu Habaring Hurung Jaya terdengar lantang dinyanyikan enam orang putra dan putri Kotawaringin Timur (Kotim) bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Kotim yang digelar di Tenis Indoor,  Stadion 29 November, Sampit, 7 Januari 2010. Lagu yang baru diluncurkan pada 4 Januari 2020  ini seolah menjadi  kado hari jadi Kotim yang ke-67.  

Leo salah satu vokalis Mentaya Voice mengatakan, lagu ini menceritakan tentang filosofi Habaring Hurung yang merupakan motto hidup bermasyarakat di Kotim yang menjunjung tinggi budaya persatuan dan gotong royong. Karena gotong royong yang sekarang ini mulai pudar, lagu ini diciptakan untuk mengembalikan filosofi itu dalam nuansa yang bisa diterima semua kalangan dan umur.

"Kita kuat dan berdaulat jika kita menjaga kerukunan, menghargai perbedaan dan melestarikan kebudayaan sebagai identitas yang harus dijaga dan dipertahankan," ujarnya.

Sementara itu Abe yang berperan sebagai eksekutif produser  menceritakan awal mula terciptanya lagu berdurasi 4 menit 45 detik ini. Para musisi lokal ingin menunjukkan rasa bangga terhadap daerah melalui lagu tentang  sosial budaya, pariwisata,  keberagaman suku yang ada di Kotim.  

"Melalui lagu ini kami ingin mengajak masyarakat Kotim untuk menjaga persatuan dan persaudaraan yang sesuai dengan filosofi Habaring Hurung sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari," sebut Abe.

Selama mengerjakan project ini, sekelompok anak muda yang akhirnya menamakan diri mereka Mentaya Voice ini dibantu oleh tim penari dan tim pemusik.

"Selama proses pengerjaan project ini kami cukup banyak mengalami beberapa kendala sehingga sedikit terlambat dalam launching lagu ini," tambahnya.  

Menurut Abe, project ini melibatkan banyak orang. Cukup sulit adalah mengumpulkan orang-orangnya.  "Kadang itu harus sampai tengah malam nunggu yang lain bisa kumpul, karena sibuk, masing-masing punya kerjaan," sebutnya.

Lirik lagu Habaring Hurung Jaya sendiri dibuat saat Abe, Wawan (project tim), Leo (Vocal) sedang berteduh di cafe saat hujan. Setelah itu muncul ide membuat lagu untuk  daerah.

"Jadi dari situ lagunya ini muncul,  di bulan Mei liriknya dibuat," terang Abe. 

Setelah itu,  rencana lagu ini akan diproduksi bulan Agustus pun batal, karena kesibukan masing-masing, hingga akhirnya pada bulan Oktober baru bisa jalan.  "Itu pun habis melihat lagu Save Kotim saya viral, jadi semangatlah memproduksinya. Aku kumpulkan siapa-siapa saja yang cocok untuk terlibat di pembuatan lagu ini, baik vokalisnya,  playernya, penarinya dan lain-lain," ungkap Abe.  

Mentaya Voice memiliki enam vokalis yang terdiri atas tiga laki-laki dan tiga perempuan. Mereka adalah  Leonard stefanus, Adriato Lada, Bagus Prasetyo, Fransiska Yanita, Susan Fransiscus, Nuhrulvia.  

"intinya kalau umur, aku milih dari yang muda sampai yang tua untuk project Mentaya Voices ini, supaya kita bisa merangkul semua golongan di lagu ini, jadi bisa share ke teman semua lagu nya, yang merantau juga kalau mendengar lagu ini jadi rasa rindu ingin pulang ke kampung halaman," katanya.

Sementara untuk vokalis, Abe memang memilih penyanyi yang memiliki karakter  kuat, jadi hanya dengan mendengar saja orang sudah tahu siapa penyanyinya. 

"Kenapa aku memilih membuat Mentaya Voices, kalau Masterpiece itu sudah ada identitas sendiri sebagai band, kalo Mentaya Voices ini lebih segar, konsep baru, ada penari-penari juga," imbuhnya.   

Pihak yang terlibat membuat lirik itu sebenarnya lebih banyak Wawan. Abe  bersama Leo hanya sedikit melengkapi.

"Cuma memang pas produksinya lebih banyak aku, tapi kalau Wawan memang aku minta bikin lirik karena dia kan bagus kalau bikin lirik lagu," tuturnya.

Sementara aransemen musiknya dibuat oleh Abe, Leo, Rio dan semua player juga ikut terlibat.  Saat proses pembuatan video klipnya sangat menguras tenaga. Subuh sudah harus naik kelotok untuk mengambil gambar yang di Sungai Mentaya. "Naik kelotok sampai tiga kali, saat event mandi safar, mamapas lewu, untuk scene yang sesuai dengan liriknya," ungkap Abe.

Belum lagi untuk  pembuatan video clip di Pantai Ujung Pandaran, mengumpulkan dan  cari waktu yang pas biar semua bisa berangkat. "Lumayan capeknya," kata Abe.  

Hal yang berkesan dari project ini, kata Abe, adalah Kotim bisa punyai lagu daerah sehingga tidak  kalah  dengan daerah lain. Waktu proses pembuatan di studio, semua yang terlibat juga harus meluangkan waktu.

"Pas membuat video klip, juga berkesan karena jadi perhatian orang banyak, orang mungkin bingung  melihat kami, buat apa panas-panasan di jelawat," kenangnya.

Melalui project pembuatan lagu ini harapan mereka adalah masyarakat dapat  mengapresiasi musisi atau seniman lokal,  bisa menghargai karya karya dari seniman yang ada di Kotim, serta lagu Habaring Hurung ini bisa menjadi lagu kebanggaan masyarakat Kotim.

”Semoga karya kami dapat  berkesan dan dapat menjadi kebanggaan," harapnya. (yit)

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers