PANGKALAN BUN - Ratusan kelotok wisata yang melayani jalur Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) terancam rusak.
Kelotok wisata tersebut kini terparkir di Dermaga Wisata Kumai lantaran tidak bisa lagi beroperasi melayani wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pelaku pariwisata yang juga pemilik biro perjalanan Borneo Hijau Persada, Ahmad Yani mengatakan, Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) yang merupakan primadona bagi wisatawan mancanegara sulit untuk bangkit kembali. Lantaran tidak bisa beroperasi sejak lima bulan ini, terjadi penumpukan kapal-kapal wisata yang sandar di Dermaga Wisata Kumai.Data Himpunan Kelotok Wisata Kumai (HKWK), jumlah kapal wisata yang mangkrak berjumlah 112 unit.
"Sejak Covid-19 melanda hampir 5 bulan ini, sektor wisata yang menjadi andalan para pelaku usaha wisata tak bisa lagi move on. Penumpukan kapal-kapal wisata di Dermaga Wisata Kumai hanya diam tak bisa beroperasi. Data dari HKWK jumlah klotok wisata ada 112 buah," ujarnya, Rabu (5/8).
Dengan sandarnya kelotok wisata tersebut diketahui bahwa beberapa bagian fisik kelotok sudah mengalami kerusakan, terutama pada bagian body kelotok sudah mengalami kebocoran.
Hal itu mengakibatkan masuknya air laut dan merendam mesin kelotok hingga mesin rusak dan tidak bisa dihidupkan lagi. Atap kelotok juga banyak yang terkelupas, begitu pula dengan aki kelotok juga aus karena tidak sering dihidupkan, belum lagi biaya perawatan dan bayar biaya tambat kelotoknya serta insentif. "Selama pandemi ini total kelotok tidak jalan dan kami juga tidak ada pemasukan sama sekali, sementara perawatan jalan terus," keluhnya.
Padahal para pelaku pariwisata telah menginvestasikan begitu besar dana untuk membuat sebuah kapal dengan ukuran sedang, dan saat ini biaya untuk membuat kelotok tersebut berkisar hingga Rp 350 juta.
Selain itu mangkraknya kelotok wisata berimbas pada sumber daya manusia yang saat ini kehilangan mata pencaharian, seperti kapten kapal, asissten dan juga juru masak wisata serta pemandu wisata. "Travel agent dan juga pemandu sudah mencoba banting setir ke sektor lain. Dengan new normal di Kobar tidak berati otomatis Tanjung Puting bisa dibuka, saat begini apapun yang bisa dikerjakan para pelaku wisata untuk bertahan hidup," pungkasnya. (tyo/sla)