SAMPIT – Poros baru Pilkada Kotim yang digadang-gadang jadi penantang bakal calon yang lebih dulu mencuat, akan datang dari duet politikus murni. Partai Demokrat kabarnya akan mengajukan nama HM Jhon Krisli berpasangan dengan Parimus. Keduanya tengah mencari partai koalisi.
Kembali mencuatnya nama HM Jhon Krisli kian memanaskan persaingan politik pilkada. Dalam beberapa hari terakhir ini dia cukup intens berkomunikasi dengan pengurus Demokrat daerah hingga ke petinggi partai. Bahkan, DPD Demokrat Kalteng kabarnya memberikan lampu hijau.
Jhon Krisli dan Parimus merupakan politikus kawakan di Kotim. Jhon Krisli memiliki pengalaman tiga periode di DPRD Kotim, begitu juga dengan Parimus yang kini menjabat Ketua DPC Demokrat Kotim, memasuki tiga periode jadi legislator. Keduanya sama-sama pernah bertugas di DPRD Kotim menjabat sebagai unsur pimpinan lembaga tersebut.
Sepak terjang Parimus tak bisa disepelekan. Dia peraih suara terbanyak dalam Pileg 2019 lalu. Selain itu, sukses mengantarkan anaknya menjadi anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah.
Parimus menuturkan, jika ada kemungkinan, Demokrat akan membangun poros baru itu. Pasalnya, selama ini Demokrat belum ada menentukan arah dukungan ke nama-nama bakal calon yang sudah mencuat, seperti Halikinnor-Irawati, Suprianti-Sanidin, dan Rudini-Samsudin.
”Ya, sangat mungkin kalau melihat situasi seperti ini, karena memang ada perubahan-perubahan di luar prediksi. Demokrat konsisten menginginkan kadernya maju,” kata Parimus, Selasa (18/8).
Parimus tak membantah rumor dia akan berpasangan dengan Jhon Krisli. Bahkan, apabila perahu memang mencukupi dan mendapatkan respons positif dari publik, tidak menutup kemungkinan keduanya akan bertarung dalam pilkada nanti.
”Itu sangat mungkin kalau pada akhirnya sudah ada kata sepakat. Peluang ada, yang jelas nanti lihat final, di KPU Kotim dua minggu lagi,” tuturnya.
Sementara itu, Jhon Krisli juga tengah berjuang meyakinkan partai koalisinya di Jakarta. Sebab, selama dua pekan ke depan semua parpol akan menerbitkan rekomendasi B1.KWK. Kabarnya, ada tiga partai yang tengah dilobi, yakni NasDem, PKB, dan Hanura. Demokrat dengan kekuatan lima kursi di DPRD Kotim minimal harus mencari tambahan tiga kursi untuk bisa mengusung calon.
Pengamat politik di Kotim Bambang Nugroho mengatakan, apabila Demokrat dan koalisinya mengusung Jhon Krisli-Parimus, akan memberi warna baru dalam pilkada nanti. Pasangan tersebut dinilai mumpuni dan akan menjadi pesaing berat di kancah pilkada.
”Kalau memang dua orang ini final sampai ke KPU, saya yakin pertarungan pilkada akan lebih sengit dan seru,” kata Bambang.
Menurutnya, munculnya nama Jhon Krisli-Parimus tidak bisa dipandang sebelah mata. Di satu sisi, keduanya sama-sama putra daerah. Kemudian, memiliki basis masa militan dan loyalitas yang tinggi di akar rumput.
Maka dari itu, di daerah pemilihan IV dan V yang terdiri dari sebelas kecamatan, kekuatan keduanya akan cenderung dominan dari nama-nama pasangan yang sudah beredar. Apalagi, kata Bambang, daerah itu banyak pemilih tradisional yang masih melihat latar belakang kesamaan identitas, seperti suku dan agama.
”Kalau Jhon Krisli bisa bermain di kota. Dia paham gerilya di kota, khususnya Baamang-Ketapang karena sudah tiga periode di DPRD duduk dari dapil kota. Sementara Parimus bisa mengendalikan di dapil IV dan V,” katanya.
Selain itu, kelebihan keduanya, lanjut Bambang, pendekatan politik yang sangat mudah. Secara kultur budaya, mereka bisa masuk di semua lini. Ibarat mata uang, keduanya memiliki dua mata sisi. Jhon Krisli merupakan putra daerah, Muslim, dan berpengalaman. Sementara Parimus dengan status Nasrani bisa menggaet pemilih dari golongan itu.
Bambang menambahkan, kalaupun nanti ada 3-4 pasangan calon, calon lain akan sulit bisa menjelajah seperti keduanya. ”Arena tempur nanti mungkin hanya dapil I, II, dan III. Di situ suara akan terpecah belah, sulit mendominasi. Sementara dapil IV dan V, jika menggunakan pendekatan secara kultur budaya, tentunya akan mendapatkan dukungan maksimal dari masyarakat. Nah, apakah peluang itu bisa dibaca pemain-pemain politik?” kata Bambang.
Meski begitu, Bambang mengakui paslon tersebut akan kesulitan jika dalam pertarungannya nanti tidak merangkul berbagai segmen serta tokoh masyarakat dari berbagai unsur tersebut. Keduanya harus menggambarkan sebagai paslon yang mewakili semua segmentasi masyarakat, bukan hanya satu golongan dan kelompok.
”Jadikan mereka sebagai paslon simbol Pancasila, dalam artian mereka mewakili keberagaman yang ada di Kotim. Saya yakin itu mampu mendongkrak peluang keduanya,” tandas Bambang. (ang/ign)